Kombinasi Grafik Untuk Data Lebih Informatif
Mau visualisasi data yang gak cuma keren, tapi juga ngasih insight nyata? Kombinasi grafik (combo chart) itu solusinya.
Daripada hanya pakai satu jenis chart yang kadang nggak cukup ngejelasin cerita di data, gabungan beberapa tipe grafik bikin pembaca langsung nangkep pola, perbandingan, dan komposisi dalam satu tampilan.
Artikel ini bakal kupas tuntas cara bikin kombinasi grafik di Excel dan Google Sheets, kapan pakai jenis combo, contoh nyata lengkap (tabel siap copy-paste), rumus pendukung, trik desain UX friendly, sampai solusi kalau chart-mu berantakan.
Santai, bahasa anak muda, langsung praktek.
Kenapa harus pakai kombinasi grafik?
Visual tunggal kadang gagal menjelaskan dua metrik yang beda skala (misal revenue vs conversion rate).
Combo chart menggabungkan konteks: misal kolom untuk nilai absolut, garis untuk tren atau rasio.
Hemat ruang: dua insight di satu chart, cocok untuk dashboard.
Bikin storytelling data lebih kuat: highlight hubungan antar metrik.
Tapi hati-hati: kalau dipakai sembarangan, combo chart bisa ngecoh. Makanya kita bahas best practice dan jebakan juga.
Jenis kombinasi grafik yang sering dipakai
Column + Line (Dual Axis) — paling umum: kolom untuk jumlah, garis untuk rasio.
Stacked Column + Line— komposisi plus garis total.
Area + Line — area untuk volume, garis untuk trend atau moving average.
Bar (horizontal) + Line — cocok kalau kategori punya label panjang.
Scatter + Line — scatter untuk titik data, line untuk tren.
Combo dengan multiple axes — lebih dari dua metrik, hati-hati dalam interpretasi.
Small multiples (bukan satu chart tapi banyak mini chart) — alternatif kalau banyak series sehingga satu chart jadi rame.
Persiapan data: aturan penting sebelum bikin combo chart
Sebelum klik Insert → Chart, pastikan:
Data bersih & terstruktur
Baris pertama = header.
Kolom tanggal sebagai Date type.
Angka numeric, bukan teks.
Summary table yang jelas
Combo chart sering butuh ringkasan, misal total per bulan per produk. Gunakan `SUMIFS`/Pivot untuk bikin summary.
Satu series per kolom
Susun data sehingga setiap metrik (mis. Revenue, Orders, ConversionRate) di kolom terpisah.
Pilih column/row yang logis
X-axis: kategori/ waktu; Y-axis: metrik numeric.
Contoh data mentah (copy-paste ke sheet):
Tgl | Region | Produk | OrderQty | Revenue |
---|---|---|---|---|
2025-01-05 | JKT | Pensil | 2 | 6000 |
2025-01-07 | BDG | Buku | 1 | 5500 |
2025-02-12 | JKT | Pensil | 5 | 15000 |
2025-02-14 | JKT | Pulpen | 3 | 6000 |
2025-03-03 | BDG | Buku | 4 | 22000 |
Dari sini bikin summary per bulan:
Month | Total Orders | Total Revenue | Avg Order Value |
---|---|---|---|
2025-01 | 3 | 11500 | 3833.33 |
2025-02 | 8 | 21000 | 2625.00 |
2025-03 | 4 | 22000 | 5500.00 |
Rumus contoh untuk `Month` (kolom A) jika Tgl di A2:
=TEXT(A2,"yyyy-mm")
Rumus `Total Orders`:
=SUMIFS($D:$D, $A:$A, ">=" & DATEVALUE("2025-01-01"), $A:$A, "<=" & DATEVALUE("2025-01-31"))
(Tapi lebih rapi pakai helper MonthYear kolom lalu SUMIFS pada helper.)
Langkah-langkah bikin Column + Line (Dual Axis) — Excel & Google Sheets
Tujuan: Column = Total Revenue; Line = Average Order Value (AOV) di sebelah kanan (secondary axis)
1. Buat summary seperti contoh di atas (Month | Total Orders | Total Revenue | Avg Order Value).
2. Pilih range yang mencakup Month, Total Revenue, Avg Order Value (mis. A1:C4).
3a. Di Excel:
Insert → Recommended Charts → Combo → pilih `Clustered Column - Line on Secondary Axis`.
Pilih series mana yang mau di-line (Avg Order Value) → set ke Secondary Axis.
Format: tambahkan Axis Titles (Primary = Revenue (IDR), Secondary = AOV (IDR)), Data Labels jika perlu.
3b. Di Google Sheets:
Insert → Chart → Chart type → Combo chart.
Di Chart Editor → Series: pilih `Avg Order Value` → Format → Axis → Right axis.
Customise: Labels, Legend, Colors.
4. Tweak desain:
Pastikan primary axis dimulai di 0 (safety untuk column).
Jangan pakai log scale kecuali sangat perlu.
Gunakan warna berbeda & jelas; column biasanya lebih solid, line lebih tipis.
Contoh lengkap 1 — Penjualan & Konversi: Column + Line
Dataset (summary bulanan, langsung copy-paste):
Month | Revenue | Orders | ConversionRate |
---|---|---|---|
2025-01 | 11500 | 30 | 0.035 |
2025-02 | 21000 | 45 | 0.040 |
2025-03 | 22000 | 50 | 0.045 |
2025-04 | 28000 | 55 | 0.050 |
2025-05 | 32000 | 60 | 0.055 |
Bikin Chart:
Column = Revenue
Line (secondary axis) = ConversionRate (tambahkan format % pada axis kanan)
Intinya: Chart ini nunjukin revenue (besar) dan kualitas traffic (conversion) — kamu bisa lihat apakah revenue naik karena volume order atau konversi yang lebih baik.
Contoh lengkap 2 — Stacked Column + Line (komposisi + total)
Skenario: Kamu punya beberapa produk, pengen tunjukin kontribusi masing-masing product tiap bulan dan juga total seluruh produk sebagai garis.
Data ringkasan (per bulan per produk):
Month | Pensil | Buku | Pulpen | Total |
---|---|---|---|---|
2025-01 | 12000 | 15000 | 8000 | 35000 |
2025-02 | 10000 | 18000 | 9000 | 37000 |
2025-03 | 14000 | 16000 | 10000 | 40000 |
Langkah:
1. Pilih A1:E4.
2. Insert → Chart → Column → Stacked Column.
3. Tambahkan series `Total` sebagai Line (pindahkan series type ke Line, dan set secondary axis jika scale beda).
4. Tambah data labels untuk total (opsional: buat series `Total` dengan label).
Keuntungan: pembaca lihat komposisi produk AND total performa. Cocok buat presentasi manajemen.
Contoh lengkap 3 — Area + Line (kumulatif + rate)
Kapan pakai: kalau kamu mau tunjukin cumulative metric (area) dan rate (line) bersamaan, misal cumulative revenue vs monthly growth rate.
Data contoh:
Month | MonthlyRevenue | CumulativeRevenue | MoM_GrowthRate |
---|---|---|---|
2025-01 | 11500 | 11500 | 0.00 |
2025-02 | 21000 | 32500 | 0.8261 |
2025-03 | 22000 | 54500 | 0.0476 |
2025-04 | 28000 | 82500 | 0.2727 |
`MoM_GrowthRate` = `(MonthlyRevenue / PreviousMonthRevenue) - 1`
Bikin chart:
Area series = CumulativeRevenue
Line series = MoM_GrowthRate (secondary axis, format %)
Insight:Area nunjukin total performance jangka panjang, line nunjukin volatilitas growth tiap bulan.
Contoh lengkap 4 — Bar (horizontal) + Line (ranking + trend)
Skenario: banyak kategori (region) dan kamu mau tunjukin nilai per region plus trend historis rata-rata.
Data contoh:
Region | 2025-Q1 | 2025-Q2 | 2025-Q3 | Average |
---|---|---|---|---|
JKT | 120000 | 130000 | 140000 | 130000 |
BDG | 80000 | 90000 | 85000 | 85000 |
SBY | 60000 | 65000 | 70000 | 65000 |
Langkah:
1. Untuk ranking per region, gunakan Horizontal Bar (select Average).
2. Tambahkan Line series (mis. Average) untuk trend — di kasus ini line lebih cocok untuk waktu, tapi kamu bisa overlay garis rata-rata ke bar untuk reference.
Penting: Aturan menggunakan secondary axis (kapan boleh & kapan tidak)
Secondary axis membantu membandingkan metrik dengan skala berbeda. Namun:
Jangan gunakan secondary axis kalau:
Metrik nggak punya hubungan logis — bisa menipu interpretasi.
Anda bisa mengubah unit agar skala lebih comparable.
Pembaca mungkin salah paham (mis. dua garis naik tapi satu scale jauh lebih kecil).
Gunakan secondary axis jika:
Kamu punya metrik absolut (IDR) dan metrik relatif (%).
Visual membantu interpretasi (contoh: revenue vs conversion rate).
Label axis jelas dan diberi unit.
Selalu tambahkan label axis dan caption singkat.
Teknik lanjutan: helper series & conditional coloring
Kadang kita mau highlight bar tertentu (mis. bar yang melewati target) dalam combo chart.
Cara pakai helper series:
1. Buat 2 series: `Value_OK` dan `Value_Bad`.
2. `Value_OK` = value jika >= target, else `NA()` atau 0.
3. `Value_Bad` = value jika < target, else `NA()`.
4. Plot keduanya sebagai stacked atau clustered dengan warna berbeda.
5. Tambahkan line series sebagai target atau trend.
Contoh table:
Month | Revenue | AboveTarget | BelowTarget |
---|---|---|---|
Jan | 12000 | 12000 | #N/A |
Feb | 8000 | #N/A | 8000 |
Rumus `AboveTarget`:
=IF(B2>=10000, B2, NA())
`NA()` sering dipakai supaya chart nggak memplot nilai.
Kombinasi chart interaktif: PivotChart + Slicer (Excel) / Filter (Sheets)
Excel: buat PivotTable dari Table data, lalu Insert → PivotChart. Tambah Slicer (Insert → Slicer) untuk field seperti Region atau Produk. Slicer filter pivot dan chart secara interaktif. Sangat user-friendly untuk dashboard presentasi.
Google Sheets: gunakan Data → Slicer (fitur baru) atau pakai dropdown cell dengan data validation, lalu chart yang merujuk range dinamis (menggunakan FILTER/QUERY/ARRAYFORMULA) akan berubah saat dropdown berubah.
Contoh: buat chart Revenue vs AOV per Region; tambahkan slicer Region supaya pembaca pilih Region tertentu.
Dynamic combo charts: cara otomatis update saat data bertambah
Excel: paling gampang = Table object
1. Pilih data → `Ctrl+T`. Nama Table mis: `SalesTable`.
2. Buat Pivot/Chart berdasar table. Saat tambah baris, table otomatis membesar → chart follow.
Excel: dynamic named range (alternatif):
Months = Sheet1!$A$2:INDEX(Sheet1!$A:$A, COUNTA(Sheet1!$A:$A)) Revenue = Sheet1!$B$2:INDEX(Sheet1!$B:$B, COUNTA(Sheet1!$B:$B))
Di Chart Series gunakan named ranges.
Google Sheets: gunakan range besar (A1:C1000) atau buat helper range dengan `FILTER`/`QUERY`:
=QUERY(Raw!A1:D, "select A, sum(D) where A is not null group by A order by A",1)
Buat chart dari hasil QUERY — chart akan update saat data baru masuk.
Membuat combo chart dari PivotTable (Excel) — step-by-step
1. Buat Table `Sales`.
2. Insert → PivotTable → New Worksheet.
3. Drag `Month` → Rows; `Revenue` → Values (Sum); `Orders` → Values (Sum).
4. Insert → PivotChart → pilih Combo → set `Revenue` as Column, `Orders` as Line (secondary axis).
5. Tambahkan Slicer untuk Region.
Keuntungan: pivot + combo = sangat fleksibel untuk analisis ad-hoc.
Trik visual: annotate, highlight, dan trendline
Annotate: tambahkan text box/arrow ke chart untuk jelasin spike.
Highlight: gunakan helper series untuk warnai segment penting.
Trendline: add trendline untuk line series — berguna tunjukin tren jangka panjang.
Moving average: hitung MA3/MA6 di helper column dan plot sebagai line untuk smoothing.
=AVERAGE(B3:B5)
Gunakan array atau drag untuk compute MA tiap baris.
Accessibility & best practice UX
Label jelas: judul, axis labels, unit, legend.
Colorblind-safe palette: hindari merah/hijau sebagai satu-satunya penanda jika penting.
Sederhana: jangan pakai 6-7 series di satu chart. Gunakan small multiples.
Tooltips / alt text: jika chart di web, sertakan deskripsi (apa insight utama).
Sort orderyang logis (time series chron, categories by value).
Scripting & automasi: update chart via script
Google Apps Script — contoh auto-refresh chart data
Script sederhana yang men-trigger refresh range (kadang Google Sheets chart auto-update, tapi script berguna untuk modifikasi):
javascript function refreshCharts() { var ss = SpreadsheetApp.getActive(); var sheet = ss.getSheetByName("Dashboard"); // contoh: set value helper cell untuk men-trigger calculation var cell = sheet.getRange("Z1"); cell.setValue(new Date()); }
Jalankan dengan time-driven trigger jika perlu daily snapshot.
Excel VBA — update chart atau export
Macro untuk refresh all charts:
vb Sub RefreshAllCharts() Dim ws As Worksheet For Each ws In ThisWorkbook.Worksheets ws.Calculate Dim ch As ChartObject For Each ch In ws.ChartObjects ch.Chart.Refresh Next ch Next ws End Sub
Macro ini berguna jika chart di-drive oleh query atau koneksi eksternal.
Troubleshooting: masalah umum & cara perbaiki
Chart nggak nunjukin series baru
Pastikan chart source range dinamis (Table atau named range). Kalau static, extend range manual.
X-axis tanggal acak / di-sorted salah
Pastikan kolom tanggal bertipe Date; pada chart set axis type → Date axis bukan Category.
Secondary axis bikin misleading
Periksa label axis, skala, dan apakah benar perlu dual axis. Jika ragu, buat dua chart kecil berdampingan.
Data labels overlapping
Matikan beberapa labels, pilih posisi label, atau tampilkan hanya untuk series penting.
Chart lambat karena dataset besar
Gunakan summary table (pivot), bukan chart langsung dari ribuan baris transaksi.
Contoh studi kasus lengkap — step-by-step practical projects
Studi kasus A: Dashboard e-commerce ringkas
Goal: tampilkan revenue bulanan (column), conversion rate (line), total orders (line dotted), dan target revenue (line reference).
Data source: transaksi per order → buat pivot per bulan: Revenue, Orders, ConversionRate.
Steps:
1. Buat Table lalu Pivot summary: Month | Revenue | Orders | ConversionRate.
2. Insert Combo Chart: Revenue=Column, ConversionRate=Line (Secondary axis %), Orders=Line (Primary axis or secondary with separate
scale? pilih secondary jika Orders jauh lebih kecil).
3. Tambah target line: buat helper column `Target` sama nilai tiap bulan, tambahkan sebagai Line.
4. Format: warna Revenue (solid), ConversionRate (dashed), Orders (marker), Target (thin dashed red).
5. Add Slicers: Region, Channel.
6. Annotate: bulan promo, bulan big sale.
Insight:manager lihat apakah revenue naik karena traffic (Orders) atau konversi lebih baik.
Studi kasus B: Marketing campaign performance
Goal: tampilkan Spend (column), Leads (column stacked per channel), CPL (Cost per lead) as line.
Data summary:
Campaign | Spend | Leads_Facebook | Leads_Google | TotalLeads | CPL |
---|---|---|---|---|---|
Camp A | 5000 | 30 | 20 | 50 | 100 |
Camp B | 8000 | 40 | 60 | 100 | 80 |
Chart: Stacked column for Leads by channel, column overlay for Spend (could be separate series), and line for CPL (secondary axis).
Trik: Normalize spend per lead by plotting CPL on secondary axis in % or numeric.
Performance tip & file hygiene
Gunakan Pivot atau Power Query (Excel) untuk transform data besar.
Avoid volatile formulas (`INDIRECT`, `OFFSET`) dalam helper yang sering dipakai chart.
Simpan chart template jika sering pakai style sama (Excel: Save as template `.crtx`).
Untuk dashboard yang sering share, export chart as PNG/SVG via copy-as-picture & paste ke slide.
Checklist akhir sebelum publish chart
[ ] Judul dan subtitle jelas (insight utama tertulis).
[ ] Axis labeled & unit terlihat.
[ ] Legend tertata, tidak menghalangi data.
[ ] Warna konsisten & aksesibel.
[ ] Secondary axis di-label & skala logis.
[ ] Data source valid dan chart dynamic.
[ ] Anotasi untuk outlier/spike.
[ ] Export test: chart readable di slide/print.
Just do it!
Kombinasi grafik itu powerful: satu chart bisa nyeritain dua sisi data sekaligus — value dan rasio, komposisi dan total, volume dan quality.
Tapi kekuatannya harus dipakai bijak: hindari dual axis yang menipu, pastikan label jelas, dan jaga desain simpel.
Latihan terbaik: ambil data nyata (penjualan, campaign, nilai ulangan kelas), bikin summary, dan coba 3 combo chart berbeda.
Setelah beberapa kali praktek, kamu bakal peka kapan pakai apa — dan dashboardmu bakal jadi lebih informatif, bukan cuma cakep aja.
Sekarang buka spreadsheet-mu, salin contoh data di atas, dan cobain bikin Column+Line, Stacked+Line, sama Area+Line.
Practice makes perfect — selamat ngoprek!
Gabung dalam percakapan