Sistem DFT: Solusi Sederhana dan Efektif untuk Hidroponik
Kalau kamu udah mulai tertarik sama dunia hidroponik, pasti sering dengar tentang sistem-sistemnya yang beragam.
Ada sistem wick, NFT, aeroponik, ebb & flow, sampai yang satu ini: sistem DFT (Deep Flow Technique).
Nah, artikel ini bakal bahas tuntas tentang sistem DFT, kenapa banyak orang suka, gimana cara kerjanya, apa kelebihan dan kekurangannya, sampai tips biar hasil tanamannya maksimal.
Santai aja, bahasnya kayak ngobrol bareng biar gampang dipahami.
Apa Itu Sistem DFT dalam Hidroponik?
DFT alias Deep Flow Technique adalah salah satu metode hidroponik yang pakai aliran larutan nutrisi dengan kedalaman tertentu.
Jadi, kalau di sistem NFT (Nutrient Film Technique) larutannya tipis banget kayak film atau selapis air tipis, di sistem DFT larutannya lebih dalam, sekitar 3–5 cm.
Bayangin aja kayak kamu bikin kolam kecil, terus akar tanaman nongol di dalamnya.
Jadi tanaman punya akses langsung ke air, oksigen, dan nutrisi secara stabil.
Karena nutrisinya nggak terlalu tipis, tanaman jadi lebih aman kalau pompa mati sebentar, nggak langsung kekeringan kayak di NFT.
Bedanya Sistem DFT dengan NFT
Biar lebih gampang bedain, coba simak perbandingan ini:
NFT (Nutrient Film Technique):
Nutrisi ngalir tipis kayak film di pipa.
Hemat nutrisi dan oksigen lebih maksimal.
Risiko tinggi kalau pompa mati, akar bisa cepat kering.
DFT (Deep Flow Technique):
Nutrisi ngalir lebih dalam (3–5 cm).
Lebih aman kalau listrik mati sebentar, akar masih terendam nutrisi.
Cocok buat pemula karena lebih gampang dipelihara.
Nah, bisa dibilang sistem DFT ini versi lebih “aman dan santai” dibanding NFT.
Kenapa Sistem DFT Populer di Indonesia?
Banyak petani hidroponik di Indonesia yang pilih sistem ini, apalagi buat tanaman daun kayak selada, kangkung, atau bayam.
Alasannya:
1. Murah dan mudah dibuat.
Kamu cukup pakai talang air, pompa aquarium kecil, dan larutan nutrisi.
2. Cocok buat iklim tropis.
Dengan nutrisi agak dalam, suhu larutan lebih stabil meski cuaca panas.
3. Minim risiko.
Kalau mati listrik sebentar, tanaman nggak langsung layu.
4. Produktif.
Bisa dipakai buat skala hobi maupun skala besar.
Komponen Utama Sistem DFT
Biar kebayang, yuk kita lihat apa aja yang dibutuhin buat bikin sistem DFT:
Talang atau wadah: Biasanya pakai talang air PVC atau bak plastik.
Netpot: Pot kecil berlubang tempat tanaman tumbuh.
Rockwool atau media tanam lain: Buat menyemai bibit sebelum masuk ke sistem.
Pompa air: Buat ngasih sirkulasi nutrisi biar nggak mengendap.
Larutan nutrisi hidroponik: Bisa pakai AB Mix yang umum dijual.
Pipa kecil: Buat aliran air keluar masuk.
Tandon air: Tempat nyimpen larutan nutrisi utama.
Cara Kerja Sistem DFT
Sistem DFT itu simpel banget. Begini alurnya:
1. Air nutrisi dipompa dari tandon ke talang/wadah.
2. Akar tanaman terendam larutan nutrisi dengan kedalaman 3–5 cm.
3. Pompa tetap jalan biar ada sirkulasi dan oksigen masuk.
4. Larutan balik lagi ke tandon, terus berputar begitu seterusnya.
Karena ada genangan nutrisi, tanaman masih bisa “bernapas” meski pompa berhenti sementara.
Tanaman yang Cocok untuk Sistem DFT
Nggak semua tanaman cocok, ya. Biasanya yang oke buat sistem DFT adalah tanaman berdaun cepat panen, seperti:
Selada
Kangkung
Bayam
Pakcoy
Sawi hijau
Kalau tanaman buah kayak tomat atau cabai, lebih baik pakai sistem lain (NFT, drip, atau dutch bucket) karena akarnya butuh ruang lebih besar.
Kelebihan Sistem DFT
1. Gampang dipelajari pemula.
Cocok buat yang baru belajar hidroponik.
2. Lebih aman.
Kalau listrik mati beberapa jam, tanaman masih selamat.
3. Stabil untuk cuaca panas.
Nutrisi lebih dalam bikin suhunya nggak gampang naik.
4. Perawatan sederhana.
Tinggal cek pH, PPM, dan isi ulang nutrisi kalau berkurang.
Kekurangan Sistem DFT
1. Butuh lebih banyak larutan nutrisi.
Karena lebih dalam, otomatis lebih boros dibanding NFT.
2. Oksigen terlarut bisa berkurang.
Kalau sirkulasi jelek, akar bisa kekurangan oksigen.
3. Kurang efisien untuk tanaman besar.
Akar tanaman buah sering nggak muat kalau wadahnya kecil.
Tips Sukses Pakai Sistem DFT
Jaga pH larutan di 5,5–6,5 supaya nutrisi gampang diserap.
Cek PPM sesuai kebutuhan tanaman. Misalnya, selada cocok di 800–1000 ppm.
Gunakan pompa yang pas biar sirkulasi lancar.
Bersihkan talang secara rutin biar nggak ada lumut.
Jangan terlalu padat menanam, kasih jarak antar tanaman.
Langkah Membuat Sistem DFT Sederhana di Rumah
Kalau kamu mau coba bikin sendiri, ini langkah-langkahnya:
1. Siapkan talang air panjang (PVC).
2. Bor lubang dengan jarak sekitar 15–20 cm.
3. Masukkan netpot berisi bibit tanaman.
4. Hubungkan talang dengan pompa air ke tandon nutrisi.
5. Atur aliran biar kedalaman air di talang sekitar 3–5 cm.
6. Nyalakan pompa biar nutrisi bersirkulasi.
Voila! Sistem DFT siap dipakai.
Kesimpulan: DFT Itu Solusi Sederhana Tapi Efektif
Sistem DFT bisa dibilang “jalan tengah” buat kamu yang pengen coba hidroponik.
Nggak serumit NFT, tapi lebih aman dan stabil.
Cocok banget buat pemula yang pengen panen sayur sehat di rumah, tapi juga bisa dikembangkan untuk skala lebih besar.
Kalau kamu cari sistem hidroponik yang gampang, murah, tapi tetap hasilnya maksimal, sistem DFT jelas jadi salah satu pilihan terbaik.
Gabung dalam percakapan