ikuti Saluran WhatsApp Rumahdisolo.com. Klik WhatsApp

Kesalahan Umum dalam Pemberian Nutrisi dan Cara Mengatasinya

Kalau kamu udah mulai serius terjun ke dunia hidroponik, pasti kamu bakal sering ketemu sama yang namanya nutrisi. Nutrisi ini ibarat “makanan pokok” buat tanaman.

Bedanya, kalau manusia bisa ngomong “lapar” atau “kenyang”, tanaman nggak bisa ngomong. Mereka cuma bisa kasih tanda lewat perubahan bentuk, warna, atau pertumbuhan.

Masalahnya, banyak pemula (bahkan yang udah agak jago sekalipun) sering bikin kesalahan dalam pemberian nutrisi.

Kadang terlalu semangat kasih nutrisi, kadang malah pelit banget. Akibatnya? Tanaman jadi stres, kerdil, daunnya gosong, atau bahkan mati.

Nah, biar kamu nggak jatuh ke lubang yang sama, yuk kita bahas tuntas kesalahan umum dalam pemberian nutrisi hidroponik. Plus, aku kasih juga solusi praktis yang gampang kamu ikutin.


Kenapa Nutrisi Hidroponik Itu Krusial?

Sebelum masuk ke kesalahan umum, penting buat paham dulu: kenapa nutrisi itu segitu pentingnya?

  • Tanaman hidroponik nggak punya tanah. Jadi semua sumber makanan mereka cuma dari larutan nutrisi.
  • Nutrisi yang tepat bikin tanaman tumbuh cepat, sehat, dan panen lebih banyak.
  • Kalau nutrisi salah takar, tanaman bisa gagal panen meskipun sistem hidroponikmu udah rapi.

Jadi, pemberian nutrisi bukan sekadar tuang cairan ke dalam bak. Ada ilmunya, dan harus hati-hati.


Kesalahan Umum dalam Pemberian Nutrisi Hidroponik

1. Terlalu Banyak Memberi Nutrisi (Overdosis)

Ini salah satu kesalahan paling sering. Pemula biasanya mikir: “Kalau dikasih lebih banyak, tanaman pasti lebih cepat besar, kan?”

Sayangnya nggak gitu. Kalau nutrisi terlalu pekat, akar tanaman bisa “terbakar”. Gejalanya:

  • Ujung daun gosong kecokelatan.
  • Daun jadi kaku dan keriting.
  • Tanaman layu meskipun air masih banyak.
Cara mengatasi:
  • Kurangi konsentrasi nutrisi. Cek PPM pakai TDS meter.
  • Kalau PPM terlalu tinggi, tambahkan air bersih untuk mengencerkan larutan.
  • Ingat, lebih baik sedikit kekurangan nutrisi daripada overdosis.

2. Terlalu Sedikit Nutrisi (Kekurangan Zat Hara)

Kebalikannya, ada juga yang takut kasih nutrisi. Akhirnya tanaman cuma dapat larutan yang terlalu encer.

Gejalanya:

  • Tanaman tumbuh lambat.
  • Daun pucat, gampang sobek.
  • Batang kecil dan lemah.
Cara mengatasi:
  • Tingkatkan konsentrasi nutrisi secara bertahap.
  • Cek tabel kebutuhan PPM sesuai jenis tanaman. Misalnya, selada butuh sekitar 560–840 ppm, sedangkan tomat butuh 1400–3500 ppm.
  • Jangan asal tambahin banyak. Naikkan sedikit demi sedikit sambil dipantau.

3. Tidak Menyesuaikan Nutrisi dengan Jenis Tanaman

Setiap tanaman punya kebutuhan nutrisi yang berbeda. Bayangin aja kalau kamu kasih makanan bayi buat orang dewasa, atau sebaliknya. Jelas nggak cocok.

Contoh:

  • Selada cuma butuh nutrisi ringan.
  • Tomat, cabai, dan paprika butuh nutrisi lebih pekat.

Cara mengatasi:

  • Selalu cek panduan kebutuhan nutrisi tanaman yang kamu tanam.
  • Jangan pakai satu resep nutrisi untuk semua tanaman sekaligus.
  • Kalau mau nanam banyak jenis sekaligus, sebaiknya pisahkan sistem hidroponiknya.

4. Jarang Mengecek pH Larutan Nutrisi

Banyak pemula cuma fokus sama dosis nutrisi, tapi lupa kalau pH itu sama pentingnya. Kalau pH terlalu asam atau terlalu basa, nutrisi yang kamu kasih nggak bisa diserap tanaman.

Gejalanya:

  • Daun kuning meskipun nutrisi sudah cukup.
  • Akar kelihatan cokelat atau busuk.
  • Tanaman kerdil tanpa sebab jelas.
Cara mengatasi:
  • Gunakan pH meter atau kertas lakmus untuk cek pH larutan.
  • Jaga pH di rentang 5,5 – 6,5.
  • Kalau terlalu tinggi, turunkan dengan pH Down. Kalau terlalu rendah, naikkan dengan pH Up.

5. Mengabaikan Suhu Larutan Nutrisi

Suhu juga punya pengaruh besar. Kalau air terlalu panas, oksigen larutan berkurang, akar jadi sesak napas. Kalau terlalu dingin, metabolisme tanaman melambat.

Gejalanya:

  • Akar lemas dan gampang busuk.
  • Tanaman layu siang hari meskipun air cukup.
  • Pertumbuhan stagnan.

Cara mengatasi:

  • Jaga suhu larutan nutrisi di kisaran 18–24°C.
  • Kalau suhu terlalu tinggi, tambahkan pendingin air (chiller) atau gunakan botol es beku.
  • Jangan taruh instalasi hidroponik langsung di bawah terik matahari tanpa penutup.

6. Tidak Mengganti Larutan Nutrisi Secara Rutin

Larutan nutrisi itu bukan sekali bikin terus bisa dipakai selamanya. Kalau terlalu lama, nutrisi bisa mengendap, pH berubah, atau malah ditumbuhi alga.

Gejalanya:

  • Air jadi keruh atau berbau.
  • Daun terlihat lemah.
  • Akar berubah cokelat.
Cara mengatasi:
  • Ganti larutan nutrisi setiap 1–2 minggu.
  • Bersihkan wadah tandon sebelum diisi larutan baru.
  • Jangan biarkan larutan terkena cahaya langsung supaya alga nggak tumbuh.

7.Mengira Semua Air Sama Saja

Air sumur, air keran, atau air hujan ternyata punya kualitas berbeda. Ada yang mengandung kapur tinggi, ada yang banyak mineralnya. Kalau kualitas air buruk, nutrisi jadi nggak seimbang.

Gejalanya:

  • PPM naik padahal kamu nggak nambah nutrisi.
  • Endapan putih di dasar tandon.
  • pH susah diatur.
Cara mengatasi:
  • Gunakan air bersih dengan TDS rendah (di bawah 200 ppm sebelum ditambah nutrisi).
  • Kalau air sumur terlalu keras, bisa pakai air hujan yang ditampung dengan benar.
  • Alternatif terbaik: gunakan air RO (Reverse Osmosis).

8. Tidak Mengaduk atau Mencampur Nutrisi dengan Benar

Nutrisi hidroponik biasanya berupa AB Mix yang harus dicampur dengan air secara terpisah dulu. Kalau asal tuang, bisa bikin nutrisi mengendap atau bercampur nggak rata.

Gejalanya:

  • Ada endapan putih di wadah.
  • PPM naik-turun nggak jelas.
  • Tanaman tumbuh nggak seragam.
Cara mengatasi:
  • Larutkan Nutrisi A di wadah terpisah, Nutrisi B di wadah lain.
  • Setelah larut sempurna, baru dicampur ke dalam tandon.
  • Aduk rata sebelum dipakai.

9. Tidak Menyesuaikan Nutrisi dengan Fase Pertumbuhan

Tanaman punya fase berbeda: semai, vegetatif, dan generatif. Kalau nutrisi nggak disesuaikan, pertumbuhannya bisa kacau.

Contoh:

  • Fase semai butuh PPM rendah.
  • Fase vegetatif butuh lebih banyak nitrogen.
  • Fase generatif (berbuah) butuh fosfor dan kalium lebih tinggi.
Cara mengatasi:
  • Pelajari kebutuhan nutrisi tiap fase tanaman.
  • Sesuaikan komposisi AB Mix sesuai fase.
  • Catat perubahan supaya gampang diulang di musim tanam berikutnya.

10. Terlalu Mengandalkan “Feeling”

Kesalahan terakhir yang sering banget terjadi adalah kasih nutrisi asal feeling. “Kayaknya segini udah pas deh.” Padahal tanpa ukur pH dan PPM, kita nggak bakal tahu pasti.

Cara mengatasi:
  • Selalu pakai alat ukur: pH meter dan TDS meter.
  • Catat hasil pengukuran setiap kali memberi nutrisi.
  • Jangan malas belajar dari data, bukan perasaan.

Tips Praktis Biar Nggak Salah Kasih Nutrisi

  1. Buat jadwal rutin cek pH dan PPM. Minimal 2–3 kali seminggu.
  2. Catat semua data. Bikin jurnal hidroponik sederhana.
  3. Mulai dari dosis kecil. Naikkan pelan-pelan sambil lihat reaksi tanaman.
  4. Pisahkan tanaman berbeda jenis. Jangan campur selada dengan tomat dalam satu tandon.
  5. Belajar dari kesalahan. Kalau ada tanaman yang gagal, catat kenapa, supaya nggak keulang lagi.

Penutup

Kesalahan dalam pemberian nutrisi itu wajar banget, apalagi buat pemula. Tapi kabar baiknya, semua kesalahan ini bisa dihindari kalau kamu rajin ngecek, sabar belajar, dan mau pakai alat ukur.

Ingat, tanaman hidroponik itu sensitif banget sama nutrisi. Mereka nggak bisa ngomong, tapi mereka selalu kasih tanda kalau ada yang salah. Jadi, tugas kita sebagai “orang tua tanaman” adalah peka sama tanda-tanda itu.

Kalau kamu bisa menghindari kesalahan umum di atas, dijamin hasil panen hidroponikmu bakal lebih maksimal, sehat, dan bikin puas. 🌱

Siswi SMK Muhammadiyah 1 sukoharjo yang cerdas, Bersemangat, dan Berintegritas. Profil Lengkap saya