Membangun Gaya Penyampaian Personal yang Khas ✨🍴
Pernah nggak sih kamu merasa bosan ketika menonton atau membaca konten makanan yang rasanya sama saja? Foto makanan bagus, videonya jelas, tapi terasa hambar. Nah, di sinilah letak pentingnya gaya penyampaian personal.Bukan sekadar bercerita tentang makanan, tapi bagaimana kamu membawakan cerita itu dengan suaramu sendiri —unik, autentik, dan khas.
Dalam dunia food storytelling, gaya personal adalah “bumbu rahasia” yang membuatmu berbeda dari ratusan food storyteller lainnya. Sama seperti masakan, meskipun resepnya mirip, sentuhan tangan yang berbeda bisa menghasilkan rasa yang lain.
Artikel ini akan membahas secara lengkap bagaimana cara menemukan, membangun, dan mempertahankan gaya penyampaian personal yang khas sehingga cerita kulinermu bisa lebih menonjol, mudah dikenali, dan tentu saja, lebih disukai audiens.
1. Kenapa Gaya Personal Itu Penting? 🎯
Sebelum kita masuk ke langkah-langkah praktis, mari kita pahami dulu kenapa punya gaya khas itu krusial dalam food storytelling.
Membedakan Dirimu dari yang Lain Bayangkan ada 100 akun kuliner di Instagram yang sama-sama posting “mie ayam.” Kenapa orang harus memilih kontenmu dibanding yang lain? Jawabannya: karena gaya penyampaianmu unik dan relatable.
Membangun Identitas & Branding Gaya personal adalah “signature” yang melekat pada dirimu. Audiens bisa langsung tahu, “Oh ini pasti kontennya si A,” meski tanpa lihat username.
Meningkatkan Koneksi Emosional Cerita makanan yang dibawakan dengan gaya khas membuat audiens merasa lebih dekat, seakan-akan mereka mendengar cerita dari teman sendiri.
Mempermudah Monetisasi Brand akan lebih tertarik bekerja sama dengan food storyteller yang punya ciri khas jelas karena lebih mudah diasosiasikan dengan identitas tertentu.
2. Menemukan Gaya Penyampaian Personal 🍲
Banyak orang berpikir bahwa gaya personal itu muncul begitu saja. Padahal sebenarnya, gaya itu bisa dibangun dan dilatih. Caranya?
a. Kenali Dirimu Sendiri
Tanya pada dirimu:
Apakah kamu tipe yang humoris atau serius?
Apakah kamu suka bercerita detail atau singkat to the point?
Apakah kamu lebih nyaman menulis panjang atau berbicara langsung di depan kamera?
Misalnya, kalau kamu orangnya ceplas-ceplos dan suka bercanda, mungkin gaya penyampaianmu bisa dibangun dengan nuansa humor. Tapi kalau kamu lebih suka hal-hal detail, mungkin cocok membuat ulasan mendalam tentang sejarah atau komposisi makanan.
b. Temukan Suaramu
“Suara” di sini bukan hanya suara literal ketika bicara, tapi juga tone komunikasi. Bisa berupa:
Hangat dan ramah (seperti teman ngobrol).
Informatif tapi ringan (seperti guru santai).
Menghibur dan kocak (seperti stand-up comedian).
Elegan dan estetik (seperti jurnalis kuliner).
Coba eksplor beberapa gaya, lalu lihat mana yang paling natural dan nyaman buatmu.
c. Cari Inspirasi, Bukan Imitasi
Kamu boleh belajar dari food storyteller terkenal, tapi jangan sampai meniru habis-habisan. Amati gaya mereka, lalu modifikasi sesuai karaktermu sendiri.
3. Elemen Penting dalam Gaya Penyampaian 🎤
Ada beberapa elemen utama yang bisa membentuk gaya personalmu dalam food storytelling:
a. Bahasa yang Dipakai
Bahasa adalah alat utama bercerita. Kamu bisa pilih:
Bahasa sehari-hari: cocok untuk konten santai & relatable.
Bahasa formal: cocok untuk ulasan mendalam & profesional.
Campuran bahasa lokal: bisa jadi daya tarik unik, apalagi kalau membahas kuliner khas daerah.
Contoh:
Bahasa santai → “Baksonya tuh nggak main-main, kuahnya gurih banget sampe bikin nagih.”
Bahasa formal → “Bakso ini menghadirkan sensasi rasa gurih yang berasal dari kaldu daging sapi asli, memberikan pengalaman kuliner yang otentik.”
b. Gaya Visual
Visual adalah identitas kuat. Apakah kamu lebih suka foto close-up makanan, video cinematic, atau konten raw tanpa banyak edit? Semua itu membentuk gaya khas.
Estetik minimalis → foto bersih, pencahayaan natural.
Cinematic→ video ala film dokumenter makanan.
Raw & natural → video sederhana tapi jujur, tanpa banyak filter.
c. Alur Storytelling
Bagaimana cara kamu menyusun cerita? Ada yang suka langsung ke inti (to the point), ada juga yang suka membangun suasana dulu sebelum ke makanan.
Contoh alur:
1.Hook (pancingan) → “Pernah nyobain soto yang direbus pakai air kelapa?”
2.Pengalaman pribadi → cerita bagaimana kamu menemukan makanan itu.
3.Detail makanan → rasa, aroma, tekstur.
4.Insight tambahan → sejarah, fakta unik, atau tips.
5.Closing → kesan pribadi & ajakan ke audiens.
d. Ekspresi Diri
Jangan takut menunjukkan kepribadianmu. Misalnya:
Kalau kamu orangnya ekspresif, tunjukkan wajah saat mencicipi makanan.
Kalau kamu lebih tenang, ceritakan dengan suara lembut dan menenangkan.
4. Tips Membangun Gaya Penyampaian Personal 🌟
a. Konsistensi
Kalau kamu sudah menemukan gaya yang cocok, pertahankan. Konsistensi membuat audiens mudah mengenali ciri khasmu.
b. Autentik
Jangan berusaha jadi orang lain. Audiens bisa merasakan keaslian. Cerita makanan akan lebih menarik kalau diceritakan dengan jujur.
c. Gunakan Cerita Pribadi
Tambahkan pengalamanmu sendiri: “Bakso ini bikin aku teringat masa kecil waktu ibu suka belikan bakso keliling.” Itu membuat cerita lebih personal dan emosional.
d. Bangun Ciri Khas Visual atau Audio
Bisa berupa tagline unik.
Bisa berupa gaya editing tertentu.
Bisa berupa suara khas atau ekspresi spontan yang selalu muncul.
Contoh: banyak food vlogger punya ekspresi khas saat bilang “hmm” atau kalimat yang selalu diucapkan di akhir video.
e. Eksperimen & Evaluasi
Cobalah berbagai gaya, lihat respon audiens, lalu evaluasi. Misalnya, caption panjang ternyata lebih banyak disukai audiensmu dibanding caption singkat.
5. Contoh Food Storyteller dengan Gaya Khas 🍛
Supaya lebih jelas, mari kita lihat contoh nyata:
Street food hunter → Gaya ceplas-ceplos, langsung review di tempat, tanpa banyak edit.
Chef profesional → Gaya edukatif, memberikan insight teknik memasak, dengan tone serius tapi ramah.
Food traveler → Gaya dokumenter, menekankan perjalanan, budaya, dan orang-orang di balik makanan.
Food comedian → Gaya kocak, penuh humor, tapi tetap fokus pada pengalaman makan.
Setiap gaya punya audiensnya masing-masing. Yang penting, mereka konsisten dan autentik.
6. Mengatasi Tantangan dalam Menemukan Gaya Personal 🚀
Membangun gaya khas memang butuh waktu. Berikut beberapa tantangan yang sering dihadapi:
Takut dianggap aneh→ Justru keanehan bisa jadi daya tarik unik.
Bingung harus pilih gaya apa→ Coba saja beberapa dulu, nanti akan ketemu yang paling cocok.
Merasa tidak konsisten→ Wajar di awal. Lama-lama gaya akan terbentuk dengan sendirinya.
Ingat: gaya personal itu bukan sesuatu yang instan. Ia berkembang seiring waktu dan pengalaman.
7. Kesimpulan: Temukan “Rasa” Ceritamu Sendiri 🍜
Food storytelling bukan hanya tentang makanan, tapi juga tentang cara kamu menyampaikannya. Gaya penyampaian personal adalah bumbu rahasia yang membuat kontenmu berbeda, lebih mudah dikenali, dan lebih dekat dengan audiens.
Untuk membangun gaya khasmu:
1. Kenali dirimu.
2. Temukan suara dan tone yang nyaman.
3. Gunakan bahasa, visual, dan alur storytelling yang konsisten.
4. Jangan takut menunjukkan kepribadian.
5. Terus eksperimen sampai menemukan “rasa” yang paling pas.
Pada akhirnya, food storytelling yang berkesan bukan hanya soal makanan yang enak, tapi tentang cerita autentik dari seorang pencerita yang punya gaya unik. Jadi, temukan gayamu, kembangkan, dan biarkan audiens jatuh cinta dengan caramu bercerita. 🌟
Gabung dalam percakapan