[9.4] Strategi Ongkir: Gratis vs Dikenakan
Di bisnis kuliner online skala rumahan, ongkos kirim (ongkir) sering jadi faktor penentu pembeli jadi checkout atau batal.
Bahkan, ada pembeli yang rela berpindah ke penjual lain hanya karena ongkirnya lebih murah atau bahkan gratis.
Nah, pertanyaannya: lebih baik ongkir gratis atau dikenakan biaya?
Jawabannya: tergantung strategi bisnis dan margin Anda.
Di sini kita akan membahas:
- Perbandingan gratis vs berbayar
- Cara menghitung dan menetapkan ongkir
- Strategi kreatif memanfaatkan ongkir untuk promosi
1. Gratis Ongkir: Kapan Cocok Digunakan?
Memberikan free ongkir bisa jadi senjata pemasaran yang ampuh.
Cocok untuk:
- Launching produk baru → untuk menarik pelanggan mencoba
- Masa promosi → meningkatkan penjualan cepat dalam periode tertentu
- Order minimum → mendorong pembeli belanja lebih banyak
📌 Contoh:
“Gratis ongkir untuk pembelian minimal Rp50.000 dalam radius 3 km 🚴♂️”
Kelebihan:
- Menarik perhatian dan meningkatkan konversi
- Memberi kesan penjual murah hati
- Cocok untuk membangun pelanggan setia di awal
Kekurangan:
- Mengurangi margin keuntungan
- Tidak cocok untuk jarak jauh jika tidak diatur dengan baik
2. Ongkir Berbayar: Menguntungkan & Aman
Meminta pelanggan membayar ongkir adalah strategi yang paling aman untuk margin.
Biasanya digunakan jika:
- Lokasi pelanggan jauh
- Produk punya margin tipis
- Bisnis sudah punya pelanggan setia yang tidak masalah membayar ongkir
📌 Contoh:
“Biaya kirim sesuai tarif Gojek/Grab/Anteraja”
Kelebihan:
- Tidak menggerus margin keuntungan
- Cocok untuk semua jarak dan kondisi
- Transparan: pembeli tahu ongkirnya sesuai tarif
Kekurangan:
- Bisa mengurangi daya tarik bagi pembeli baru yang sensitif harga
- Kadang membuat pembeli membatalkan pesanan jika ongkir mahal
3. Strategi Hybrid: Kombinasi Gratis & Berbayar
Anda tidak harus selalu gratis atau selalu berbayar. Gunakan strategi campuran:
- Gratis ongkir untuk radius dekat (misal: kurang dari 3 km)
- Potongan ongkir untuk jarak menengah
- Ongkir penuh untuk jarak jauh
📌 Contoh Skema Hybrid:
- 0–3 km → Gratis
- 3–5 km → Potongan Rp5.000
- 5 km → Ongkir penuh
Keuntungannya:
- Tetap menarik pelanggan baru
- Tidak terlalu merugikan penjual untuk jarak jauh
4. Hitung Ongkir dengan Tepat
Langkah menghitung ongkir yang bijak:
- Cek tarif rata-rata kurir di wilayah Anda (Gojek, Grab, ShopeeFood, dll)
- Tentukan batas radius free ongkir yang masuk akal
- Masukkan ongkir ke dalam margin produk (jika ingin terlihat “gratis” tapi tetap untung)
📌 Trik Rahasia:
Kalau ingin terlihat gratis, sebenarnya Anda bisa menaikkan harga produk sedikit untuk menutupi ongkir.
5. Gunakan Ongkir Sebagai Senjata Promosi
Jangan anggap ongkir hanya sebagai biaya — jadikan ini sebagai marketing tool.
Contoh:
- “Gratis ongkir untuk 10 pembeli pertama hari ini!”
- “Gratis ongkir setiap Senin!”
- “Ongkir hanya Rp5.000 untuk semua area bulan ini!”
📌 Efek psikologisnya: pembeli merasa “beruntung” dan lebih cepat memutuskan order.
6. Komunikasikan Ongkir dengan Jelas
Jangan sampai pembeli kaget karena ongkir mendadak mahal.
Tulis info ongkir di:
- Bio Instagram/WhatsApp Business
- Menu atau katalog
- Deskripsi produk di marketplace
Contoh format informasi:
> “Gratis ongkir untuk radius 3 km.
> Tarif normal Gojek/Grab untuk jarak lebih dari itu.”
7. Gunakan Promo dari Aplikasi Kurir
Manfaatkan promo ongkir dari platform seperti:
- GoFood & GrabFood → sering ada promo ongkir murah
- ShopeeFood → gratis ongkir dengan voucher
- Maxim → tarif rendah untuk jarak pendek
Dengan begitu, Anda bisa memberi harga ongkir yang lebih murah atau bahkan gratis ke pelanggan tanpa keluar modal besar.
Kesimpulan
- Gratis ongkir bagus untuk promosi dan menarik pelanggan baru.
- Ongkir berbayar menjaga keuntungan tetap aman.
- Hybrid adalah strategi paling fleksibel.
- Gunakan ongkir sebagai marketing weapon, bukan hanya biaya tambahan.
Kalau strategi ongkir Anda tepat, pelanggan akan lebih loyal dan penjualan meningkat.
Gabung dalam percakapan