[7.3] Soft Selling dan Storytelling: Bikin Orang Lapar!
Kalau hard selling itu seperti pedagang yang langsung teriak:
> “Beli sate saya! Diskon cuma hari ini! Murah, murah!”
Maka soft selling adalah seni menjual tanpa terkesan sedang jualan.
Caranya? Dengan membangun cerita, membangkitkan emosi, dan memicu rasa penasaran, sampai orang sendiri yang ingin beli.
📌 Perbedaan singkat:
Hard Selling | Soft Selling |
---|---|
Fokus pada harga & promo | Fokus pada pengalaman & emosi |
Langsung minta beli | Menggoda dulu, baru arahkan beli |
Cocok untuk penawaran mendesak | Cocok untuk membangun hubungan jangka panjang |
🎯 Kenapa Soft Selling Penting untuk Kuliner?
1.Makanan adalah produk emosional. Orang makan bukan cuma karena lapar, tapi juga karena mood, nostalgia, atau keinginan mencoba.
2.Bisa membedakan brand-mu Banyak penjual bakso, tapi cuma beberapa yang punya cerita unik di baliknya.
3.Bikin orang rela bayar lebih Brand dengan cerita kuat sering bisa menjual lebih mahal dibanding sekadar “jual makanan”.
📚 Apa Itu Storytelling dalam Bisnis Kuliner?
Storytelling adalah cara bercerita yang membuat pelanggan merasa terhubung.
Cerita ini bisa tentang:
Asal usul resep
Proses pembuatan
Nilai yang kamu pegang (misalnya, tanpa MSG, bahan organik)
Pelanggan atau tim yang terlibat
💡Ingat: Cerita yang jujur dan otentik lebih disukai daripada cerita yang terlalu dilebih-lebihkan.
🛠Teknik Soft Selling untuk Kuliner
1.Gunakan Bahasa Menggoda
Daripada:
> “Jual ayam geprek, cuma 15 ribu”
> Lebih baik:
> “Ayam goreng tepung renyah, sambal ulek segar, pedasnya bikin keringat jatuh tapi nagih.”
2.Fokus pada Sensasi
Gunakan kata yang menggambarkan rasa, aroma, dan tekstur:
Lumer
Gurih
Garing
Manisnya pas
Wangi rempah
Contoh:
> “Begitu digigit, krispi tepungnya langsung pecah di mulut, disusul rasa pedas manis sambal bawang yang wangi.”
3.Ceritakan Proses
Posting foto/video sambil bercerita:
> “Pagi ini, sebelum matahari terbit, kami sudah mulai merebus kuah bakso selama 5 jam, biar kaldunya keluar sempurna.”
4.Gunakan Karakter / Persona
Beri nama unik pada produk atau toko.
Contoh: "Es Teh Tante Sumi" → lebih mudah diingat dan punya persona.
5.Sisipkan Momen Kehangatan
Tunjukkan makanan dinikmati bersama keluarga, teman, atau saat momen spesial.
Orang akan membayangkan diri mereka di momen itu.
🎠Formula Storytelling yang Efektif
Gunakan kerangka AIDAuntuk membuat konten:
1.Attention – Tarik perhatian dengan visual/kalimat unik.
2.Interest – Ceritakan hal menarik di balik produk.
3.Desire – Giring mereka membayangkan rasa dan pengalaman.
4.Action – Arahkan ke langkah beli (CTA).
Contoh:> (Attention) "Wangi daun pandan ini langsung bikin nostalgia masa kecil..."
> (Interest) "Resep kue lapis ini sudah diwariskan dari nenek kami sejak 1978."
> (Desire) "Manisnya pas, lembut di mulut, dan bikin nggak berhenti makan."
> (Action) "Pesan sekarang, nikmati di rumah sore ini."
📌 Jenis Storytelling untuk Kuliner
1.Cerita Asal Usul
“Resep ini saya pelajari dari ibu saya saat kecil...”
2.Cerita Perjuangan
“Awalnya saya hanya punya modal 200 ribu dan kompor satu tungku...”
3.Cerita Pelanggan
“Kata Bu Rini, bakso ini selalu mengingatkan beliau pada masa sekolah...”
4.Cerita Bahan
“Kami hanya pakai daging sapi bagian has dalam, biar teksturnya empuk.”
5.Cerita Tim
“Pak Budi sudah 15 tahun menjadi tukang goreng kami, dan setiap pagi beliau datang jam 4 untuk mulai bekerja.”
📷 Menggabungkan Visual + Storytelling
Foto Close-up: Munculkan detail makanan.
Video Slow Motion: Tunjukkan lelehan coklat, tuangan saus.
Foto Aktivitas: Tunjukkan tim yang sedang memasak.
Sisipkan Teks Singkat: Kutipan cerita atau kalimat menggoda.
💡 Tips: Gunakan pencahayaan alami agar makanan terlihat segar.
📊 Dampak Soft Selling pada Penjualan
Studi kecil dari beberapa UMKM kuliner online menunjukkan:
Postingan hard selling→ konversi cepat, tapi cepat juga turunnya.
Postingan soft selling + storytelling→ engagement lebih tinggi 2–3 kali lipat, pembelian berulang meningkat.
🚀 Cara Memulai Soft Selling di Bisnis Kuliner
1. Buat daftar cerita unik tentang bisnismu.
2. Pilih foto/video yang mendukung cerita itu.
3. Tulis caption dengan teknik menggoda (gunakan kata-kata sensasi).
4. Selipkan CTA yang lembut, misalnya:
“Kapan terakhir kamu makan soto yang bikin kangen?”
“Siap dicicip hari ini? Chat kami aja 😉”
Gabung dalam percakapan