ikuti Saluran WhatsApp Rumahdisolo.com. Klik WhatsApp

5.4 Membuat Portofolio Copywriting yang Menjual

Salah satu kunci sukses seorang copywriter, baik yang bekerja in-house di sebuah perusahaan maupun sebagai freelancer, adalah portofolio yang kuat dan menjual. Portofolio bukan hanya kumpulan hasil tulisan, melainkan cerminan kemampuan, gaya, dan profesionalisme seorang copywriter.

Klien atau perusahaan tidak akan menilai kemampuan hanya dari janji manis atau klaim di CV. Mereka akan lebih percaya jika bisa melihat bukti nyata bagaimana Anda menulis, bagaimana hasilnya digunakan, bahkan sejauh mana copy yang Anda buat mampu memberikan dampak bagi bisnis. Karena itu, membangun portofolio yang rapi, strategis, dan memikat menjadi langkah penting untuk scale up skill copywriting.

Pada bab ini kita akan membahas secara detail:

  • Apa itu portofolio copywriting dan kenapa penting.
  • Jenis-jenis portofolio copywriting.
  • Strategi menyusun portofolio yang menarik.
  • Cara membuat portofolio meski belum punya banyak klien.
  • Platform dan tools untuk menampilkan portofolio.
  • Tips agar portofolio terlihat profesional dan menjual.

Apa Itu Portofolio Copywriting?

Portofolio copywriting adalah kumpulan hasil karya tulisan (copy) yang Anda buat untuk berbagai kebutuhan marketing, iklan, konten, atau brand communication. Portofolio ini bertujuan untuk:

  1. Menunjukkan kemampuan menulis: gaya, tone, teknik persuasi.
  2. Mencerminkan spesialisasi: misalnya Anda ahli menulis iklan digital, landing page, atau email marketing.
  3. Meyakinkan klien atau HR: bahwa Anda bukan hanya bisa menulis, tapi bisa menghasilkan copy yang berdampak nyata.

Portofolio yang baik bukan sekadar menunjukkan hasil tulisan, melainkan mampu menceritakan story behind the copy:

  • Apa tujuan penulisan.
  • Bagaimana strategi di balik copy tersebut.
  • Hasil atau impact yang didapat.

Dengan kata lain, portofolio bukan sekadar “kumpulan teks”, tetapi “kumpulan bukti kemampuan”.


Mengapa Portofolio Copywriting Sangat Penting?

Bayangkan Anda sedang melamar pekerjaan sebagai copywriter di sebuah startup. Tim HR membuka ratusan lamaran. CV mungkin terlihat mirip: sama-sama punya pengalaman menulis, pernah meng-handle brand tertentu, atau mengikuti kursus copywriting.

Tapi, ketika HR membuka portofolio Anda, mereka langsung bisa melihat gaya penulisan Anda. Headline yang tajam, body copy yang persuasif, atau email marketing yang membuat orang klik. Itulah yang membuat Anda berbeda.

Bagi seorang freelancer, portofolio adalah senjata utama untuk closing klien. Banyak klien yang tidak punya waktu membaca profil panjang lebar. Mereka hanya ingin melihat:

  • “Apakah dia bisa menulis copy seperti yang saya butuhkan?”
  • “Apakah hasilnya bagus dan profesional?”

Jika jawabannya ya, kemungkinan besar mereka akan memilih Anda dibanding copywriter lain.


Jenis-Jenis Portofolio Copywriting

Agar lebih jelas, mari kita bahas jenis karya yang biasanya bisa masuk ke portofolio copywriting:

1. Copy untuk Iklan Digital

  • Facebook Ads, Instagram Ads, TikTok Ads, Google Ads.
  • Tampilkan contoh iklan yang pernah Anda tulis, lengkap dengan hasil CTR atau conversion jika ada.

2. Copy untuk Landing Page & Website

  • Headline, subheadline, body, CTA.
  • Tampilkan screenshot halaman website atau link live.

3. Copy untuk Email Marketing

  • Newsletter, promo, atau cold email.
  • Sertakan open rate / CTR sebagai tambahan jika bisa.

4. Copy untuk Media Sosial

  • Caption Instagram, LinkedIn post, Twitter thread.
  • Pilih yang engagement-nya tinggi.

5. Copy untuk Brand Campaign

  • Slogan, tagline, brand storytelling.
  • Tampilkan proses kreatif di baliknya.

6. Copy untuk Konten Edukasi/Blog (SEO Copywriting)

  • Artikel blog dengan optimasi keyword.
  • Sertakan ranking atau traffic sebagai bukti.

7. Copy Eksperimen / Side Project

  • Jika Anda masih pemula, bisa membuat copy fiktif untuk brand besar sebagai latihan.
  • Misalnya: membuat ulang iklan Starbucks atau headline untuk Apple.

Strategi Menyusun Portofolio yang Menjual

Banyak copywriter punya karya bagus, tapi portofolionya tetap terlihat “biasa saja”. Masalahnya bukan di hasil kerja, tapi di cara penyajian.

Berikut strategi agar portofolio terlihat menjual:

1. Pilih Karya Terbaik (Bukan Terbanyak)

Portofolio bukan tempat untuk memajang semua hasil tulisan Anda. Pilih 5–10 karya terbaik yang paling relevan dengan niche atau industri yang Anda bidik.

Ilustrasi:

Jika Anda ingin bekerja dengan startup SaaS, lebih baik tampilkan copy untuk landing page SaaS atau email onboarding. Tidak perlu menampilkan caption Instagram yang tidak relevan.

2. Sertakan Konteks dan Tujuan

Jangan hanya tampilkan teks. Jelaskan:

  • Siapa target audiensnya.
  • Apa tujuan copy (meningkatkan klik, penjualan, awareness).
  • Bagaimana pendekatan yang Anda gunakan.

3. Tampilkan Hasil Jika Ada

Jika copy Anda menghasilkan dampak nyata, sertakan angka.

  • “CTR naik 35% dalam 2 minggu.”
  • “Landing page ini meningkatkan conversion dari 3% ke 6%.”
  • “Email ini dibuka oleh 50% subscriber.”

Data membuat portofolio lebih kredibel.

4. Gunakan Visualisasi yang Menarik

Copywriting bukan hanya tentang kata, tapi juga konteks visual. Sertakan screenshot iklan, desain landing page, atau tampilan email agar calon klien bisa melihat hasil nyata.

5. Sesuaikan dengan Target Klien

Jika Anda ingin mendapatkan klien e-commerce, tampilkan contoh copy e-commerce. Jika target Anda startup teknologi, tampilkan copy yang relevan.


Cara Membuat Portofolio Meski Belum Punya Klien

Banyak pemula bingung: “Bagaimana saya bisa bikin portofolio kalau belum punya klien?”

Jawabannya: buat portofolio dummy (spec work). Banyak copywriter sukses memulai dengan karya simulasi.

1. Pilih Brand Besar sebagai Studi Kasus

Contoh:

  • Tulis ulang iklan GrabFood agar lebih persuasif.
  • Buat landing page untuk Netflix versi lokal.

2. Ikut Kompetisi Copywriting

Ada banyak challenge copywriting di media sosial atau komunitas. Hasil karya bisa masuk ke portofolio.

3. Tawarkan Jasa Gratis ke UMKM atau Startup Kecil

Sebagai gantinya, Anda bisa meminta izin memasukkan hasil kerja ke portofolio.

4. Buat Proyek Personal

Misalnya:

  • Newsletter tentang hobi Anda.
  • Landing page untuk ebook yang Anda tulis sendiri.

Semua itu sah untuk masuk portofolio, asal ditampilkan dengan profesional.


Platform dan Tools untuk Menampilkan Portofolio

Ada banyak cara menampilkan portofolio, mulai dari yang sederhana hingga profesional:

1. PDF Portofolio

  • Format sederhana, mudah dikirim lewat email.
  • Cocok untuk lamaran kerja.

2. Website Pribadi

  • Gunakan WordPress, Wix, atau Webflow.
  • Lebih profesional, mudah diakses kapan saja.

3. Platform Kreatif

  • Behance atau Dribbble (walau lebih populer di desain, copywriter juga bisa memanfaatkannya).
  • Medium atau Substack untuk menampilkan artikel dan blog.

4. Google Drive / Notion

  • Cocok untuk pemula.
  • Notion bisa dibuat rapi dengan tampilan modern.

Tips: Jangan hanya kumpulkan file mentah, buat tampilan yang rapi dan mudah di-navigasi.


Tips Agar Portofolio Terlihat Profesional

  1. Rapikan Desain
  2. Gunakan layout clean, konsisten, dan mudah dibaca.
  3. Tampilkan Identitas Brand Anda
  4. Gunakan tone visual atau warna yang konsisten agar terlihat profesional.
  5. Gunakan Bahasa yang Persuasif untuk Menjual Diri
  6. Jangan hanya menulis “Ini iklan yang saya buat.” Lebih baik: “Iklan ini membantu klien saya meningkatkan CTR 40% dalam 7 hari.”
  7. Update Secara Berkala
  8. Portofolio yang terakhir di-update 3 tahun lalu terlihat tidak meyakinkan.
  9. Fokus pada Relevansi
  10. Selalu sesuaikan karya dengan target klien.

Contoh Struktur Portofolio Copywriter

  1. Cover / Intro Singkat
    • Nama, tagline singkat (misalnya: “Helping SaaS brands write copy that converts”).
  2. Daftar Isi (jika dalam bentuk PDF/website panjang)
  3. Proyek 1: Landing Page SaaS
    • Tujuan: meningkatkan trial.
    • Copy: headline + CTA.
    • Hasil: conversion rate naik 30%.
  4. Proyek 2: Facebook Ads
    • Tujuan: lead generation.
    • Copy: contoh 3 variasi iklan.
    • Hasil: CTR 2,5%.
  5. Proyek 3: Email Marketing
    • Tujuan: reaktivasi pelanggan lama.
    • Copy: contoh email pendek.
    • Hasil: open rate 45%.
  6. Proyek Dummy (jika pemula)
    • Buat ulang iklan brand populer dengan gaya Anda.
  7. Kontak
    • Email, LinkedIn, website pribadi.

Kesalahan Umum dalam Membuat Portofolio

  1. Terlalu Banyak Karya Tidak Relevan
  2. Lebih baik 5 karya relevan daripada 20 karya random.
  3. Tidak Menjelaskan Konteks
  4. Klien tidak hanya ingin baca copy, mereka ingin tahu whydi balik tulisan.
  5. Desain Berantakan
  6. Portofolio dengan font kecil, warna terlalu ramai, atau layout tidak rapi akan membuat calon klien malas melihat.
  7. Tidak Ada Call-to-Action
  8. Ingat, copywriter harus bisa menjual. Jangan lupa sertakan CTA seperti: “Hubungi saya di \[email] untuk diskusi project Anda.”

Kesimpulan

Portofolio copywriting yang menjual adalah senjata utama untuk scale up karier. Bukan hanya sebagai bukti karya, tapi juga sebagai cermin profesionalisme, gaya, dan spesialisasi Anda.

Ingatlah bahwa portofolio yang kuat tidak diukur dari banyaknya karya, tetapi dari relevansi, kualitas, dan cara penyajian. Meski Anda pemula tanpa klien, tetap bisa membangun portofolio yang meyakinkan lewat proyek dummy, personal project, atau kerja sama kecil dengan UMKM.

Dengan portofolio yang terstruktur, visual yang rapi, dan cerita di balik copy yang jelas, peluang untuk mendapatkan klien premium, posisi di perusahaan besar, atau proyek freelance internasional akan semakin terbuka lebar.

Pada akhirnya, copy terbaik adalah copy yang menjual — termasuk copy yang Anda tulis untuk menjual diri sendiri lewat portofolio.

Siswi SMK Muhammadiyah 1 sukoharjo yang cerdas, Bersemangat, dan Berintegritas. Profil Lengkap saya