ikuti Saluran WhatsApp Rumahdisolo.com. Klik WhatsApp

3.4 Teknik Storytelling dalam Copywriting

Storytelling adalah salah satu teknik paling kuat dalam copywriting. Alasannya sederhana: manusia adalah makhluk yang mencintai cerita. Sejak zaman dulu, informasi diwariskan melalui dongeng, mitos, atau kisah nyata. Bahkan hingga hari ini, cerita mampu memengaruhi keputusan, membangun kedekatan emosional, dan membuat pesan lebih mudah diingat.

Dalam konteks copywriting, storytelling bukan sekadar bercerita panjang lebar. Ia adalah seni mengemas pesan penjualan dalam bentuk kisah yang relevan, menyentuh hati, dan akhirnya mendorong audiens untuk bertindak.


Mengapa Storytelling Sangat Penting dalam Copywriting?

  1. Menciptakan Koneksi Emosional.
  2. Orang lebih mudah percaya dan merasa dekat ketika sebuah brand berbicara lewat cerita, bukan hanya sekadar daftar fitur.
  3. Membuat Pesan Lebih Mudah Diingat.
  4. Fakta dan angka sering kali cepat dilupakan, tapi cerita bisa menempel kuat dalam memori.
  5. Mengurangi Resistensi.
  6. Audiens cenderung menolak iklan langsung. Namun ketika pesan disampaikan dalam bentuk cerita, mereka lebih terbuka.
  7. Mengubah Informasi Menjadi Pengalaman.
  8. Dengan storytelling, pembaca tidak hanya memahami, tapi juga bisa merasakan.

Prinsip Utama Storytelling dalam Copywriting

  1. Tokoh yang Relevan.
  2. Cerita harus punya tokoh yang bisa dirasakan audiens. Bisa pelanggan, bisa brand itu sendiri, atau bahkan pembaca sebagai “hero”.
  3. Masalah yang Jelas.
  4. Setiap cerita yang menarik punya konflik atau masalah. Ini yang membuat audiens tertarik mengikuti hingga akhir.
  5. Perjalanan (Journey).
  6. Storytelling harus membawa audiens melewati proses: dari masalah, pencarian solusi, hingga perubahan.
  7. Solusi sebagai Pahlawan.
  8. Produk atau layanan yang ditawarkan hadir sebagai jawaban dari masalah tokoh cerita.
  9. Emosi yang Kuat.
  10. Tanpa emosi, cerita hanya informasi. Dengan emosi, cerita menjadi pengalaman.

Struktur Cerita dalam Copywriting

Ada beberapa struktur storytelling yang bisa digunakan untuk membuat copy lebih hidup:

1. Model “Hero’s Journey” (Perjalanan Sang Pahlawan)

  • Awal: Perkenalkan tokoh dengan kondisi normal.
  • Konflik: Tokoh menghadapi masalah atau hambatan.
  • Solusi: Muncul bantuan (produk/jasa) yang mengubah situasi.
  • Resolusi: Tokoh berhasil mengatasi masalah dan mencapai tujuan.

Contoh:

“Dulu saya sering pusing mengatur keuangan bisnis. Laporan berantakan, pajak sering telat. Hingga akhirnya saya menemukan software akuntansi X. Dalam hitungan minggu, semua lebih teratur, bisnis lebih sehat, dan saya bisa tidur nyenyak.”

2. Model “Before – After – Bridge”

  • Before: Ceritakan kondisi buruk sebelum solusi.
  • After: Gambarkan kondisi ideal setelah solusi.
  • Bridge: Jelaskan bagaimana produk/jasa jadi jembatan antara keduanya.

Contoh:

“Sebelum pakai serum ini, kulit saya kusam dan sering berjerawat. Setelah 14 hari, kulit terasa lebih cerah dan halus. Semua berkat formula vitamin C 20% yang jadi kunci perubahan saya.”

3. Model “Problem – Agitation – Solution” (PAS)

  • Problem: Ceritakan masalah yang dirasakan audiens.
  • Agitation: Perbesar dampak masalah agar terasa lebih nyata.
  • Solution: Hadirkan solusi yang menyelamatkan.

Contoh:

“Sulit tidur karena kasur keras? Itu bisa bikin tubuh sakit dan kualitas hidup menurun. Tenang, kasur ortopedi X dirancang khusus untuk mendukung tulang punggungmu, sehingga tidur lebih nyenyak setiap malam.”


Jenis Storytelling dalam Copywriting

  1. Storytelling Personal.
  2. Cerita dari pengalaman pribadi penulis, pendiri brand, atau pelanggan.
    • Contoh: “Saya memulai usaha ini dari dapur rumah dengan modal pas-pasan. Hari ini, produk kami sudah dipakai ribuan orang.”
  3. Storytelling Pelanggan (Customer Story).
  4. Testimoni yang dikemas seperti cerita nyata pelanggan.
    • Contoh: “Rina dulu kesulitan menabung. Setelah pakai aplikasi ini, dalam 6 bulan ia berhasil mengumpulkan dana untuk traveling.”
  5. Storytelling Brand.
  6. Menceritakan perjalanan dan visi brand.
    • Contoh: “Sejak awal berdiri, kami percaya bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak.”
  7. Storytelling Aspiratif.
  8. Menggambarkan masa depan yang diidamkan audiens.
    • Contoh: “Bayangkan bisa bekerja dari mana saja, tanpa terikat jam kantor.”

Teknik Menulis Storytelling yang Efektif

  1. Gunakan Bahasa yang Natural.
  2. Tulis seperti sedang bercerita kepada teman, bukan seperti brosur kaku.
  3. Mainkan Pancaindra.
  4. Gambarkan detail yang bisa dirasakan (melihat, mendengar, mencium, merasakan).
    • “Aroma kopi hangat yang menenangkan pagi Anda.”
  5. Bangun Suspense.
  6. Jangan langsung bongkar semua di awal. Biarkan audiens penasaran.
  7. Gunakan Dialog.
  8. Percakapan sederhana membuat cerita lebih hidup.
    • “Aku capek banget kerja tanpa hasil,” kata Dinda.
  9. Tutup dengan Call to Action (CTA).
  10. Cerita harus berakhir dengan ajakan: beli, daftar, atau klik.

Contoh Storytelling Copywriting di Berbagai Media

1. Landing Page

  • Opening (cerita personal): “Tiga tahun lalu, saya hampir menyerah dengan bisnis online saya. Penjualan stagnan, modal habis. Hingga akhirnya saya menemukan strategi X.”
  • Conflict (rasa sakit): “Saya tahu rasanya frustrasi, kerja keras tapi hasil nihil.”
  • Solution (produk): “Itulah kenapa saya buat kursus ini, agar Anda tidak mengulang kesalahan saya.”
  • CTA: “Daftar sekarang dan mulai perjalanan suksesmu.”

2. Iklan Sosial Media

  • Story pendek: “Bayangkan, kamu bangun tanpa alarm, minum kopi, dan tetap punya penghasilan stabil. Semua berkat bisnis digital yang bisa dikerjakan dari rumah.”

3. Email Marketing

  • Subject: “Aku pernah ada di posisimu…”
  • Body: “Dulu saya juga sering bingung harus mulai dari mana. Untungnya, saya menemukan cara yang terbukti berhasil. Dan hari ini, saya mau bagikan itu ke kamu.”

Kesalahan Umum dalam Storytelling Copywriting

  1. Terlalu panjang tanpa arah. Cerita harus ringkas dan fokus ke solusi.
  2. Tidak relevan dengan audiens. Jangan bercerita sesuatu yang tidak nyambung dengan kebutuhan mereka.
  3. Overdramatizing. Terlalu lebay justru membuat kehilangan kredibilitas.
  4. Lupa CTA. Cerita tanpa ajakan hanya jadi hiburan, bukan penjualan.

Tips Praktis Mengasah Storytelling Copywriting

  1. Kumpulkan cerita nyata pelanggan. Jadikan mereka “hero” dalam copy.
  2. Tulis ulang cerita brand dalam berbagai format.Dari artikel panjang, jadi postingan singkat.
  3. Amati iklan sukses. Banyak brand besar (Nike, Apple, Coca-Cola) adalah master storytelling.
  4. Latihan menulis 100 kata. Coba ceritakan satu pengalaman pribadi dengan singkat tapi kuat.
  5. Selalu kaitkan dengan manfaat produk. Jangan biarkan cerita jadi tujuan, tapi tetap sebagai alat penjualan.

Studi Kasus: Storytelling yang Efektif

Contoh: Iklan Nike

  • Storytelling: Alih-alih bicara soal teknologi sepatu, Nike sering angkat cerita atlet: perjuangan, rasa sakit, hingga kemenangan.
  • Emosi: Orang merasa termotivasi, seakan mereka juga bisa berlari lebih cepat atau melampaui batas.
  • CTA: “Just Do It.”

Contoh: Brand Skincare

  • Storytelling: Menampilkan kisah nyata seseorang yang insecure dengan kulitnya.
  • Emosi: Audiens merasa relate.
  • Solusi: Produk skincare muncul sebagai “penyelamat” kepercayaan diri.

Kesimpulan

Storytelling adalah jembatan antara informasi dan emosi. Dengan teknik yang tepat, sebuah copywriting tidak hanya menjelaskan produk, tetapi juga menghidupkan pengalaman yang membuat audiens merasa “ini tentang saya.”

Prinsip utamanya:

  • Buat tokoh yang relevan.
  • Tunjukkan masalah nyata.
  • Hadirkan solusi lewat produk/jasa.
  • Bawa emosi ke dalam cerita.
  • Tutup dengan ajakan jelas.

Jika storytelling dikuasai, copywriting akan lebih dari sekadar kata-kata: ia menjadi cerita yang menggerakkan hati, membangun kepercayaan, dan mendorong tindakan nyata.

Siswi SMK Muhammadiyah 1 sukoharjo yang cerdas, Bersemangat, dan Berintegritas. Profil Lengkap saya