2.5 Menyusun Brief & Strategi Copy yang Terukur
Sebelum seorang copywriter mulai mengetik headline pertama atau meramu paragraf pembuka, ada satu dokumen yang wajib ada: brief copy. Tanpa brief yang jelas, proses pembuatan copy akan penuh asumsi, revisi berjalan terus, dan hasilnya sulit diukur. Di sisi lain, ketika brief disusun rapi dan diikuti oleh strategi yang terukur, copywriting berubah dari tebakan menjadi eksperimen yang bisa diulang dan ditingkatkan.
Bab ini membahas langkah-langkah praktis menyusun brief yang efektif, menyusun strategi copy yang terukur, metrik yang harus dipantau, serta contoh template dan studi kasus agar Anda bisa langsung praktek.
Mengapa Brief Itu Krusial?
- Menyelaraskan tujuan antara klien, tim marketing, tim produk, dan copywriter.
- Meminimalkan miskomunikasi —semua pihak tahu apa yang diharapkan.
- Mempermudah pengukuran karena brief yang baik mengandung KPI yang jelas.
- Mempercepat eksekusi karena copywriter dapat langsung bekerja dengan panduan yang lengkap.
Tanpa brief, copy sering jadi “tebak-tebakan” yang bergantung pada mood penulis atau opini sang klien. Dengan brief, copy menjadi bagian dari strategi yang terbukti.
Komponen Utama Brief Copy yang Harus Ada
Sebuah brief yang komprehensif namun ringkas biasanya memuat elemen-elemen berikut:
1. Judul Proyek / Campaign
“Promo Launch Aplikasi MealPlan — Gelombang 1”
atar Belakang Singkat
teks bisnis: masalah apa yang ingin diselesaikan, insight pasar singkat.
ujuan UtamaART)
sifik, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound.
toh: “Meningkatkan pendaftaran percobaan (trial sign-up) dari 1.200 → 2.400 dalam 30 hari.”
arget Audience / Persona
sona utama beserta demografi, psikografis, pain & desire. Lampirkan insight persona dari riset (kalimat VOC).
alue Proposition & Big Idea
utama dan gagasan kreatif yang harus mengemuka di copy.
6. Main Offer / Incentive
Diskon, freebies, garansi, trial gratis—semua harus jelas.
7. Proof & Assets
Testimoni, studi kasus, data pendukung, logo, gambar produk, video, dsb.
8. Tone of Voice & Brand Guidelines
Contoh: friendly-professional, confident, casual, authoritative. Sertakan contoh kalimat atau DO / DON’T.
9. Channel & Format
Iklan FB, Instagram Stories, Landing page, Email sequence, Banner display, dll. Sertakan spesifikasi panjang teks bila perlu.
10. Primary CTA
Misal: “Daftar Trial 7 Hari Gratis” atau “Minta Demo”.
11. Timeline & Deliverables
Tanggal draft pertama, revisi, go-live, durasi campaign.
12. Budget & Mednd (jika relevan)
13. Metrics & KPI
Metrik utama yang akan diukur (lihat bagian metrik di bawah).
14. Constraints & Assumptions Legal, compliance, data privacy, regional limitations.
15. Stakeholders & Approval Flow
Siapa penanggung jawab konten, siapa penandatangan akhir, siapa kontak untuk revisi cepat.
Template Brief Copy (Siap Pakai)
```text
PROJECT TITLE:
Latar Belakang:
Tujuan (SMART):
Target Audience / Persona:
Value Proposition / Big Idea:
Main Offer:
Proof / Assets:
Tone of Voice / Brand Do's & Don'ts:
Channel & Format:
Primary CTA:
Deliverables & Timeline:
Budget:
Metrics & KPI:
Constraints / Legal:
Stakeholders & Approval:
Catatan Tambahan:
```
Gunakan template ini setiap kali memulai proyek agar konsistensi tetap terjaga.
Menyusun Strategi Copy yang Terukur: Langkah demi Langkah
Setelah brief siap, strategi copy yang terukur dibuat berdasarkan hipotesis dan rencana pengujian. Berikut proses ideal:
1. Rumuskan Hipotesis Copy
Berdasarkan insight persona dan value proposition, buat hipotesis yang bisa diuji.
Contoh: “Jika headline menekankan 'hemat 3 jam/pekan' maka CTR iklan akan naik 25% dibanding headline fitur.”
2. Pilih Metrik Utama (Primary KPI)
Tentukan 1–2 KPI utama yang menggambarkan tujuan campaign.
Contoh KPI: Trial Sign-up, Conversion Rate (CVR) landing page, Cost Per Lead (CPL), Revenue Per User (RPU).
3. Susun Eksperimen (A/B Testing Plan)
Buat variasi copy terkontrol:
- Variasi A: Benefit-driven headline
- Variasi B: Curiosity-driven headline
Uji dengan pembagian traffic acak (minimum sample size disesuaikan).
4. Tetapkan Durasi & Sample Size
Tentukan berapa lama test berjalan dan berapa banyak impresi/kunjungan diperlukan agar hasil signifikan.
5. Jalankan, Pantau, dan Kumpulkan Data
Gunakan analytics tools (Google Analytics, FB Ads Manager, Hotjar) untuk memantau hasil setiap variasi.
6. Analisis & Ambil Keputusan
Gunakan statistik sederhana: bandingkan CTR, CVR, CPL. Ambil winner atau identifikasi kombinasi terbaik (mis. headline A + lead paragraph B).
7. Iterasi
Setelah menemukan pemenang, terus optimasi elemen lain (subheadline, body length, CTA copy, desain tombol).
Metrik & KPI yang Harus Dipahami Copywriter
Berikut daftar metrik yang biasa dipakai, lengkap dengan pengertian singkat:
- Impressions: berapa kali iklan/halaman dilihat.
- CTR (Click-Through Rate): klik/impressions → mengukur daya tarik headline/CTA.
- CVR (Conversion Rate): tindakan yang diinginkan / klik → mengukur efektivitas body + CTA.
- CPL (Cost Per Lead): biaya per lead → untuk kampanye paid.
- CPA (Cost Per Acquisition): biaya per akuisisi pelanggan.
- Bounce Rate / Exit Rate: proporsi pengunjung yang langsung keluar → indikasi relevansi landing page.
- Time on Page / Scroll Depth: mengukur engage dengan copy.
- Open Rate (email): menarik subjek.
- Email CTR / Reply Rate: efektivitas body & CTA email.
- LTV (Lifetime Value): nilai pelanggan lama → buat perhitungan ROI jangka panjang.
Sebagai patokan awal (bisa berbeda per industri): jika CVR landing page 1% untuk offer berbayar, sudah saatnya melakukan perbaikan besar pada copy & UX.
Tools yang Membantu Strategi Terukur
- Google Analytics / GA4 — funnel, konversi, audience behavior.
- Hotjar / FullStory — heatmap, session recording untuk lihat cara membaca copy.
- Google Optimize / Optimizely — A/B testing.
- Facebook Ads Manager / Google Ads — pengukuran iklan berbayar.
- Mailchimp / Klaviyo — metrik email (open, CTR, conversion).
- Spreadsheet / Data Studio — dashboard KPI.
Contoh Studi Kasus: Dari Brief ke Strategi 30 Hari
Brief Singkat:
- Tujuan: Meningkatkan trial sign-up aplikasi MealPlan dari 1.200 → 2.400 dalam 30 hari.
- Target: Karyawan usia 25–40, sibuk, tinggal di kota besar.
- Offer: Trial 7 hari + meal plan 15 menit/hari.
- KPI Utama: Trial sign-up (primary), CPL Rp50.000 (secondary).
Strategi 30 Hari (Ringkas):
1. Minggu 1 — Launch A/B headline iklan FB (Benefit vs Curiosity), 2 varian landing page (long-form vs short-form).
2. Minggu 2 — Evaluasi: pilih varian headline & landing page pemenang. Mulai email nurturing sequence untuk leads yang mendaftar trial.
3. Minggu 3 — Tambahkan social proof: testimoni video, studi kasus 1-2 user sukses. Uji CTA (soft CTA vs direct CTA).
4. Minggu 4 — Skala media spend pada iklan pemenang, optimasi CPL. Laporkan hasil, pelajari churn rate trial → siapkan retensi.
Hasil yang Diukur: CTR iklan, CVR landing page → trial sign-up (target doubling tercapai atau tidak), CPL, retention after 7 days.
Checklist UX-Friendly untuk Brief & Strategy
- [ ] Tujuan ditulis SMART.
- [ ] Persona terlampir (1–2 persona utama).
- [ ] Value proposition & big idea jelas satu kalimat.
- [ ] Channel & format terperinci (ukuran, panjang teks).
- [ ] CTA utama ditentukan.
- [ ] KPI & threshold disepakati.
- [ ] Timeline dan approval flow jelas.
- [ ] Assets tersedia atau ada plan pembuatan.
- [ ] Plan A/B testing telah dirancang.
- [ ] Tools analytics ditentukan.
Kesalahan Umum & Cara Menghindarinya
- Brief terlalu umum / absennya KPI → Tetapkan tujuan SMART segera
- Terlalu banyak tujuan sekaligus → Pilih 1–2 KPI utama.
- Tidak menguji hipotesis → Selalu buat varian dan lakukan A/B test.
- Mengabaikan data user behavior → Gunakan heatmap & session recording.
- Tidak ada approval flow → Tentukan stakeholder dan waktu respons untuk revisi.
Penutup: Jadikan Brief Sebagai Kontrak Kreatif
Brief bukan hanya dokumen administratif—ia adalah kontrak kreatif antara semua pihak: klien, tim produk, marketing, desain, dan copywriter. Strategi copy yang terukur membuat kreativitas tidak mengambang, melainkan diarahkan untuk mencapai hasil yang bisa dipertanggungjawabkan.
Mulailah setiap proyek dengan brief yang jelas, rumuskan hipotesis yang bisa diuji, dan gunakan data untuk mengarahkan iterasi. Dengan workflow riset → hypothesis → test → learn → iterate, copywriting Anda akan lebih cepat menghasilkan hasil nyata—bukan sekadar kata-kata indah.
Gabung dalam percakapan