2.1 Mengenal Audiens: Teknik Riset Persona & Behavior
Salah satu rahasia terbesar dari copywriting yang efektif bukan terletak pada keindahan kata-kata, melainkan pada seberapa dalam seorang copywriter memahami audiensnya. Kata-kata yang tepat hanya bisa lahir jika kita tahu persis siapa yang membaca, apa yang mereka rasakan, dan apa yang mereka inginkan. Tanpa pemahaman ini, copywriting hanya akan menjadi kumpulan kalimat indah yang lewat begitu saja tanpa makna.
Bayangkan Anda menjual kursus bahasa Inggris online. Jika target audiens Anda adalah mahasiswa yang ingin lulus TOEFL, gaya bahasa dan pesan yang Anda gunakan tentu berbeda dengan audiens karyawan profesional yang ingin meningkatkan kemampuan komunikasi bisnis. Inilah alasan mengapa riset audiens menjadi fondasi utama dalam strategi copywriting.
Pada bagian ini, kita akan membahas secara detail:
- Apa itu riset audiens dalam copywriting.
- Konsep persona dan bagaimana cara membuatnya.
- Teknik menggali behavior (perilaku) audiens.
- Alat dan metode praktis riset audiens.
- Studi kasus sederhana penerapan riset audiens dalam copywriting.
Mengapa Mengenal Audiens Itu Penting?
Dalam dunia copywriting, ada satu prinsip emas: “Write for them, not for you.”
Sering kali bisnis hanya fokus pada keunggulan produk atau jasa. Namun, audiens tidak membeli karena produk terlihat keren. Mereka membeli karena produk tersebut menjawab kebutuhan, mengatasi masalah, atau memenuhi keinginan mereka.
Contoh sederhana:
- Tanpa memahami audiens: “Sepatu kami dibuat dari kulit asli berkualitas premium.”
- Dengan memahami audiens: “Rasakan kenyamanan berjalan seharian tanpa lecet, dengan sepatu kulit asli yang lentur dan tahan lama.”
Perbedaan kecil, tapi efeknya besar. Copy kedua lebih personal karena berbicara langsung pada masalah audiens.
Apa Itu Persona dalam Copywriting?
Persona adalah representasi semi-fiksi dari audiens ideal Anda, yang dibuat berdasarkan data nyata dan riset mendalam. Persona membantu copywriter menulis seolah-olah sedang berbicara langsung kepada satu orang tertentu, bukan ke kerumunan.
Misalnya, jika target audiens adalah ibu rumah tangga, persona bisa digambarkan lebih detail seperti:
- Nama: “Bu Rina”
- Usia: 34 tahun
- Pekerjaan: Ibu rumah tangga dengan dua anak
- Tantangan: Mengatur keuangan rumah tangga, mencari produk aman untuk anak
- Keinginan: Hidup praktis, hemat, dan tetap sehat
Dengan persona ini, copywriter akan lebih mudah menulis kalimat yang tepat sasaran.
Elemen Utama dalam Membuat Persona
Untuk membangun persona yang kuat, beberapa elemen penting yang harus digali adalah:
- Data Demografis
- Usia
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
- Pendidikan
- Lokasi
- Psikografis
- Minat
- Nilai hidup
- Gaya hidup
- Motivasi
- Tantangan & Pain Point
- Masalah apa yang sering mereka hadapi?
- Hal apa yang membuat mereka frustrasi?
- Tujuan & Desire
- Apa yang ingin mereka capai?
- Apa impian terbesar mereka?
- Perilaku Online (Behavior)
- Platform apa yang sering mereka gunakan?
- Konten seperti apa yang mereka sukai?
- Bagaimana mereka membuat keputusan membeli?
Semakin detail persona yang dibuat, semakin mudah copywriter menyusun pesan yang relevan.
Teknik Riset untuk Membuat Persona
Membangun persona bukanlah pekerjaan menebak-nebak. Ada beberapa teknik riset yang bisa digunakan:
1. Wawancara dan Survei
Langkah paling efektif adalah langsung berbicara dengan audiens. Bisa melalui:
- Wawancara tatap muka atau online.
- Survei menggunakan Google Form atau Typeform.
Pertanyaan yang bisa diajukan misalnya:
- Apa tantangan terbesar Anda saat ini?
- Apa yang membuat Anda tertarik membeli produk seperti ini?
- Platform media sosial apa yang paling sering Anda gunakan?
2. Analisis Data Pelanggan
Jika bisnis sudah berjalan, gunakan data dari:
- Database pelanggan.
- Riwayat pembelian.
- Laporan CRM (Customer Relationship Management).
Misalnya, jika banyak pelanggan membeli produk di malam hari, berarti mereka aktif di waktu tersebut.
3. Observasi Media Sosial
Media sosial adalah tambang emas data audiens. Amati:
- Topik apa yang sering mereka bahas.
- Bahasa seperti apa yang mereka gunakan.
- Influencer siapa yang mereka ikuti.
4. Review Produk (Sendiri & Kompetitor)
Baca review di marketplace atau website kompetitor. Dari sana, Anda bisa tahu:
- Apa yang disukai audiens.
- Apa yang membuat mereka kecewa.
- Apa harapan mereka terhadap produk.
5. Tools Riset Online
Beberapa tools gratis maupun berbayar yang bisa digunakan:
- Google Analytics → Mengetahui demografi pengunjung website.
- Facebook Audience Insight → Data audiens berdasarkan minat dan perilaku.
- Answer The Public → Melihat pertanyaan populer terkait topik tertentu.
- Ahrefs / SEMrush → Melihat kata kunci apa yang sering dicari audiens.
Memahami Behavior Audiens
Selain persona, seorang copywriter profesional juga harus memahami behavior atau perilaku audiens. Ini mencakup bagaimana mereka berpikir, bertindak, dan mengambil keputusan.
1. Customer Journey
Audiens biasanya melewati beberapa tahap sebelum membeli:
- Awareness: Mereka sadar ada masalah.
- Consideration: Mereka mencari solusi.
- Decision: Mereka memilih produk.
Contoh:
- Awareness: “Kenapa kulit saya kusam ya?”
- Consideration: “Produk skincare apa yang bisa mencerahkan wajah?”
- Decision: “Beli serum vitamin C merek X.”
Copywriting harus disesuaikan dengan tahap ini.
2. Emotional Triggers
Orang tidak membeli dengan logika, tetapi dengan emosi. Copywriter perlu tahu emosi apa yang paling kuat memengaruhi audiens, misalnya:
- Takut kehilangan.
- Ingin terlihat sukses.
- Ingin dicintai atau diterima.
- Rasa aman.
3. Gaya Konsumsi Konten
Setiap audiens punya cara berbeda dalam mengonsumsi konten. Misalnya:
- Anak muda lebih suka konten visual di Instagram atau TikTok.
- Profesional lebih suka konten edukasi di LinkedIn.
- Ibu rumah tangga banyak mencari tips di YouTube atau Facebook.
Studi Kasus: Membuat Persona untuk Produk Diet Online
Misalkan Anda menjual program diet online berbasis aplikasi. Dengan riset sederhana, Anda bisa membuat persona seperti berikut:
- Nama Persona: “Siska”
- Usia: 28 tahun
- Pekerjaan: Karyawan swasta
- Lokasi: Kota besar
- Masalah: Susah menurunkan berat badan karena sibuk bekerja dan jarang olahraga.
- Keinginan: Berat badan ideal tanpa harus menghabiskan waktu lama di gym.
- Behavior: Aktif di Instagram, sering mencari tips diet di YouTube, suka review influencer kesehatan.
Copywriting yang ditulis untuk Siska:
“Punya jadwal padat tapi tetap ingin tubuh ideal? Program diet 15 menit sehari ini cocok untuk Anda yang sibuk. Nikmati panduan langsung di aplikasi tanpa harus ke gym.”
Kesalahan Umum dalam Riset Audiens
- Mengandalkan Asumsi
- Membuat Persona Terlalu Umum
- Tidak Memperbarui Persona
Banyak copywriter hanya mengira-ngira siapa audiensnya tanpa riset nyata. Akibatnya copy tidak relevan.
Persona yang hanya berbunyi “pria/wanita usia 20–40 tahun” terlalu luas. Harus lebih spesifik agar copy tepat sasaran.
Audiens bisa berubah seiring tren dan waktu. Persona perlu diperbarui secara berkala.
Cara Mengaplikasikan Persona & Behavior dalam Copywriting
Setelah persona dan behavior audiens jelas, langkah berikutnya adalah mengaplikasikannya ke copy:
- Headline: Gunakan kata yang familiar dengan bahasa audiens.
- Body Copy: Masuk ke masalah mereka, lalu tawarkan solusi.
- CTA: Gunakan ajakan sesuai gaya komunikasi mereka (misalnya “Coba Gratis Sekarang” untuk audiens digital savvy).
Contoh:
- Headline: “Sibuk Bekerja? Tetap Bisa Diet Sehat Tanpa Ribet.”
- Body: “Program diet online ini dirancang untuk Anda yang hanya punya waktu 15 menit sehari.”
- CTA: “Download Aplikasinya Sekarang.”
Kesimpulan
Mengenal audiens adalah titik awal dari semua strategi copywriting yang efektif. Dengan riset persona dan behavior yang tepat, copywriter bisa menulis pesan yang personal, relevan, dan memengaruhi keputusan audiens.
Langkah utama yang harus dilakukan seorang copywriter adalah:
- Membuat persona detail (demografis, psikografis, pain point, dan tujuan).
- Menggunakan teknik riset: wawancara, survei, media sosial, data pelanggan, hingga tools online.
- Memahami perilaku audiens: customer journey, emotional triggers, dan gaya konsumsi konten.
- Mengaplikasikan hasil riset dalam headline, body copy, dan CTA.
Ingatlah, copy yang hebat lahir bukan dari kata-kata indah, tetapi dari pemahaman mendalam tentang siapa yang membaca.
Seorang copywriter profesional tidak menulis untuk semua orang, tetapi menulis seolah-olah hanya berbicara dengan satu orang — persona audiens yang sudah dipetakan dengan jelas.
Gabung dalam percakapan