ikuti Saluran WhatsApp Rumahdisolo.com. Klik WhatsApp

[12.5] Lupa Riset Pasar dan Validasi

🔎 “Buat produk enak saja tidak cukup — kalau tidak ada yang mau beli, enaknya cuma buat sendiri.”


Pembuka — singkat dan to the point

Banyak pemula dalam bisnis kuliner rumahan langsung tancap gas: bikin 10 varian menu, foto—unggah—jual. Hasilnya? Penjualan sepi, stok menumpuk, hati sedih. Riset pasar dan validasi itu ibarat peta: modal kecil tapi menyelamatkan langkahmu dari kegagalan. Di bab ini kita kupas tuntas kenapa riset & validasi penting, bagaimana melakukannya dengan cara praktis tanpa biaya besar, template survei, eksperimen yang mudah dijalankan, cara membaca data, dan aturan keputusan (lanjut, iterasi, atau stop). Langsung praktik — bukan teori tebal.


1. Kenapa riset pasar & validasi itu wajib? 🎯

1. Mencegah asumsi berbahaya — apa yang menurutmu enak belum tentu laku.

2. Menghemat modal — lebih sedikit biaya untuk produk yang tidak ada peminat.

3. Mempercepat scaling — produk ter-validated lebih mudah dikembangkan.

4. Memberi arah pemasaran — tahu siapa target, bahasa, dan channel efektif.

5. Mengurangi risiko operasional — stok dan packaging disesuaikan kebutuhan nyata.

Singkatnya: riset = keputusan berbasis data, bukan feeling.


2. Dua tipe riset yang harus kamu lakukan 🔁

1. Riset Pasar (Market Research) — kenali target, kompetitor, tren harga, volume permintaan. Biasanya lebih makro.

2. Validasi Produk (Product Validation) — uji apakah orang mau bayar untuk produk spesifikmu; lakukan micro-test.

Kedua hal berjalan paralel: riset pasar bantu pilih ide; validasi memastikan ide itu layak jual.


3. Cara cepat melakukan riset pasar dengan biaya minim (step-by-step) 💡

Langkah A — Segmentasi pasar sederhana

Tentukan 2–3 segmen potensial, misal:

  • Mahasiswa (umur 18–24, budget Rp15k–30k)
  • Pekerja kantoran (umur 25–40, cari lunch cepat)
  • Ibu rumah tangga (cari frozen/praktis untuk keluarga)

Pilih 1 segmen utama untuk testing awal.

Langkah B — Pemetaan kompetitor lokal

Buat daftar 5 kompetitor lokal (sekitar radius 3–5 km) dan catat:

  • Produk andalan
  • Harga rata-rata
  • Packaging & unique selling point (USP)
  • Channel penjualan (WA, GoFood, IG, marketplace)

Langkah C — Observasi & wawancara singkat

Keluar dan observasi: mampir beli, tanya singkat pembeli (1–3 pertanyaan). Contoh:

  • “Kenapa pilih ini hari ini?”
  • “Berapa sering beli makanan seperti ini?”

Langkah D — Survei online cepat

Gunakan Google Form / Typeform, bagikan di Instagram/WhatsApp story, minta 30–100 responden. (Kuantitas 30–100 cukup untuk sinyal awal; lebih banyak lebih baik.)


4. Validasi produk: eksperimen yang practical & low-cost 🧪

Ada beberapa metode validasi; pilih sesuai modal & tujuan:

A. Pre-order (paling aman)

Buka pre-order terbatas (20–50 porsi). Keuntungan: uang masuk dulu, risiko stok berkurang.

B. Sampling & feedback

Bagikan sample ke 20 orang target (sekitar tetangga/teman). Minta feedback terstruktur.

C. Flash sale / limited edition

Jual terbatas di hari tertentu. Ukur konversi dari viewers → pembeli.

D. Landing page + iklan kecil

Buat 1 halaman sederhana (link bio) dan jalankan iklan Rp50k–100k untuk menguji interest (opsional bila mau skala cepat).


5. Template survei validasi (siap pakai) 📝

Buat Google Form singkat (3–6 pertanyaan) — rendah friction.

Contoh:

1. Kamu umur berapa? (pilih rentang)

2. Seberapa sering kamu pesan makanan online per minggu? (0 / 1–2 / 3–5 / >5)

3. Jika ada \[Nama Produk], seberapa tertarik kamu? (Skala 1–5)

4. Berapa harga yang menurutmu wajar untuk porsi ini? (pilih rentang)

5. Apa yang paling penting: rasa / harga / kemasan / kecepatan? (pilih)

6. Mau dicoba sample gratis? Tinggalkan nomor WA (opsional)

Pastikan formulir singkat; durasi isian ≤1 menit.


6. Contoh eksperimen validasi lengkap — studi kasus praktis 📋

Kondisi: kamu mau jual Rice Bowl Sambal Matah. Langkah validasi 30 hari:

1. Hari 1–3: Riset pasar singkat

  • Observasi 5 kompetitor.
  • Buat survei, target 100 responden (online + offline).

2. Hari 4–10: Micro-test — Pre-order 50 porsi

  • Buka pre-order via WA & IG story, maksimal 50 porsi.
  • Minimal 50% DP.

3. Hari 11–15: Produksi & delivery sample

  • Kirim 50 porsi, minta feedback via form pendek (3 pertanyaan).

4. Hari 16–20: Analisis

  • Hitung conversion rate pre-order, hitung feedback skor rata-rata.
  • Ambil keputusan: Lanjut / Adjust / Stop.

5. Hari 21–30: Iterasi & keputusan

  • Jika skor >= 4 (skala 1–5) & conversion rate pre-order >= 10% dari viewers → lanjut skala.
  • Jika conversion rendah atau skor kurang dari 3.5 → perbaiki resep/kemasan/harga lalu ulang tes.

7. Cara mengukur hasil validasi: metrik penting 📐

  • Conversion Rate (CR) = pembeli / total viewers (atau total yang melihat).
  • Willingness to Pay (WTP) = distribusi harga yang responden pilih.
  • Net Promoter Score (NPS) sederhana = % promotor (skor 9–10) − % detractor (0–6) dari feedback.
  • Repeat Intent = % responden yang mau pesan lagi.

Contoh perhitungan conversion rate (harus digit-by-digit):

Misal: posting story IG & 200 orang melihat (impressions), 30 klik link pre-order, 12 orang bayar DP.

  • LConversion dari views ke klik: 30 ÷ 200 = 0,15 → 15%. (Compute: 200 × 0,15 = 30 so 15% correct.)
  • Conversion dari klik ke bayar: 12 ÷ 30 = 0,4 → 40%.
  • Conversion keseluruhan dari view ke bayar: 12 ÷ 200 = 0,06 → 6%.

Interpretasi: 6% dari viewers jadi pembeli; untuk produk baru di pasar lokal, 3–7% bisa dianggap wajar awalnya.


8. Perhitungan break-even sederhana untuk tes (contoh dengan angka) 🧾

Tujuan: tahu minimal peserta pre-order agar tes nol rugi (break-even) untuk biaya produksi + promo.

Asumsi:

  • HPP per porsi = Rp20.000.
  • Harga jual pre-order = Rp30.000.
  • Biaya promosi (ads, materi) = Rp300.000.
  • Biaya packaging & logistics tambahan = Rp5.000/porsi.

Hitung profit per porsi:

1. HPP = 20.000

2. Packaging/logistics = 5.000

3. Total cost per porsi = 20.000 + 5.000 = 25.000.

Hitung per porsi profit = Harga jual − Total cost = 30.000 − 25.000 = 5.000.

Jika biaya promosi lump-sum Rp300.000, maka jumlah porsi minimal break-even = biaya promosi ÷ profit per porsi.

Compute digit-by-digit:

Profit per porsi = 5.000.

Biaya promosi = 300.000.

Divide: 300.000 ÷ 5.000.

We can simplify: 300.000 ÷ 5.000 = (300 ÷ 5) × (1.000 ÷ 1.000) = 60. (or compute long: 5k × 60 = 300k)

→ Perlu 60 porsi untuk nutup biaya promosi. Jadi kalau target pre-ordermu 60, harga/biaya perlu disesuaikan atau pilih metode promosi lebih murah.

Praktis: jika modalmu tidak sanggup produksi 60 porsi, gunakan strategi lain: sampling gratis ke 20 orang (feedback) tanpa ads, atau barter dengan micro-influencer dengan fee lebih kecil.


9. Keputusan berdasarkan hasil validasi — aturan sederhana ✅

Setelah tes, gunakan aturan 3-2-1:

  • Lanjut (Go) jika: conversion ≥ target (misal ≥5% views→sales) dan skor feedback ≥4/5 dan WTP mendukung margin.
  • Iterasi (Adjust) jika: conversion rendah tapi feedback bagus (skor ≥4) — perbaiki marketing/packaging/harga.
  • Stop (Pivot/Drop) jika: skor feedback <3.5 dan conversion <3% — hentikan, pilih ide lain.

Contoh: dari studi kasus tadi conversion 6% & rata-rata skor 4.1 → lanjut.


10. Metode validasi lanjutan (bila mau lebih serius) ⚙️

  • A/B testing di iklan: dua judul foto berbeda, lihat CTR/Conversion.
  • Landing page + pixel: ukur interest dan retargeting.
  • Pre-launch waiting list: ukur demand organik tanpa bayar ads.
  • Test price sensitivity: jual di dua harga berbeda di hari berbeda; bandingkan penjualan.

11. Kesalahan umum saat riset & validasi (dan cara hindarinya) ⚠️

1.Ukuran sampel terlalu kecil → target minimal 30–50 untuk sinyal awal.

2.Survei terlalu panjang → buat singkat (kurang dari 1 menit).

3. Hanya bertanya ke teman/keluarga → bias. Cari target nyata.

4. Hanya melihat likes di post → likes ≠ sales. Ukur klik/konversi.

5. Langsung scaling setelah 1 tes → lakukan 2–3 iterasi untuk validasi replikasi.


12. Template laporan validasi singkat (1 halaman) 🧾

  • Produk: …
  • Target segmen: …
  • Metode validasi: pre-order / sampling / ad test
  • Total viewers/impressions: …
  • Clicks/lead: …
  • Orders / pre-orders: …
  • Conversion rate: …
  • WTP summary: distribusi harga (berapa % memilih rentang harga)
  • Feedback skor rata-rata: … (1–5)
  • Key insights: …
  • Keputusan: Lanjut / Iterasi / Stop
  • Tindakan berikutnya: …

13. 30-hari action plan untuk validasi produk (praktis) 🗓️

Hari 1–3: Observasi kompetitor & buat formulir survei singkat.

Hari 4–7: Sebar survei ke 100 orang (mix online & offline).

Hari 8–14: Pilih 1 ide produk, siapkan sample & landing page sederhana.

Hari 15–21: Jalankan pre-order 50–100 porsi atau flash sale kecil. Kumpulkan data.

Hari 22–26: Analisis data: conversion, WTP, feedback.

Hari 27–30: Putuskan: lanjut/iterasi/stop. Rencanakan langkah skala bila lanjut.


14. Contoh kalimat untuk promosi pre-order & CTA yang mengundang klik ✍️

  • “Pre-order 50 porsi pertama — diskon 15% & free sambal! Klik link di bio.”
  • “Coba gratis untuk 20 orang beruntung — tinggalkan nomor WA.”
  • “Limited: hanya 30 paket per hari. Konfirmasi DP 50% untuk amankan slot.”

Gunakan urgency & scarcity untuk mendorong tindakan.


Penutup — validasi itu kerja kecil yang berbuah besar 🌱

Riset pasar dan validasi bukan hal mewah: itu dasar. Dengan pendekatan mikro (pre-order, sampling, survei singkat), kamu bisa mengetahui apakah produkmu punya pasar tanpa habiskan modal besar. Ingat rumus sederhana: data kecil yang benar > feeling besar yang salah.

Mulai sekarang: pilih satu ide, lakukan validasi mikro selama 30 hari, hitung angka dengan teliti, lalu putuskan dengan kepala dingin. Jika butuh, saya bisa bantu susun survei/landing form atau kalkulasi break-even untuk ide spesifikmu.

Siswi SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo yang cerdas, bersemangat, berintegritasProfil lengkap saya