ikuti Saluran WhatsApp Rumahdisolo.com. Klik WhatsApp

10.3 Pisahkan Keuangan Bisnis dan Pribadi

Rahasia Bertahan Lama di Bisnis Kuliner Rumahan

Kenapa Memisahkan Keuangan Itu Wajib Hukumnya

Salah satu penyebab terbesar kenapa bisnis kuliner rumahan berhenti di tengah jalan bukan karena tidak laku, tapi karena pemiliknya tidak bisa membedakan antara uang bisnis dan uang pribadi.

Banyak yang berpikir,

> “Ah, kan masih usaha kecil, belum perlu ribet pisah rekening.”

Padahal, justru di tahap awal inilah disiplin memisahkan keuangan menjadi fondasi yang menyelamatkan.

Kalau uang bisnis bercampur dengan uang pribadi:

  • Sulit tahu apakah bisnis benar-benar untung atau sebenarnya rugi.

  • Modal kerja bisa terpakai untuk kebutuhan rumah tangga tanpa disadari.

  • Tidak punya dana darurat untukbahan baku saat order tiba-tiba melonjak.

  • Susah membuat perencanaan dan ekspansi di masa depan.

Ingat: Bisnis adalah entitas terpisah, walaupun yang mengelolanya hanya kamu di dapur rumah.


Ilustrasi Sederhana

Bayangkan kamu memulai bisnis donat rumahan dengan modal awal Rp2.000.000 untuk bahan baku, kompor, dan kemasan.

Hari pertama laku Rp500.000. Senangnya bukan main!

Tapi, malamnya anak minta dibelikan mainan Rp200.000. Kamu ambil dari uang penjualan.

Keesokan harinya, saat mau belanja bahan, ternyata uang yang tersisa tidak cukup. Terpaksa kamu utang ke tetangga.

Itu artinya, bisnis sedang menyubsidi kebutuhan pribadi. Kalau kebiasaan ini terus, kamu seperti menggali lubang sendiri.


Cara Memisahkan Keuangan Bisnis dan Pribadi

1. Buka Rekening Khusus Bisnis

  • Tidak perlu langsung rekening perusahaan, cukup rekening pribadi kedua yang hanya digunakan untuk bisnis.

  • Semua pemasukan dari penjualan masuk ke sini.

  • Semua pengeluaran operasional diambil dari sini.

Tips: Pilih bank yang bebas biaya admin atau punya fitur e-wallet terhubung. Biar transaksi kecil tidak tergerus biaya bulanan.


2. Tentukan Gaji untuk Diri Sendiri

Kesalahan umum: menganggap semua uang di rekening bisnis adalah milik pribadi.

Padahal, kamu harus membayar dirimu sendiri seperti karyawan.

  • Tentukan jumlah gaji yang wajar setiap bulan/minggu.

  • Ambil gaji tetap, meskipun omzet bulan itu naik atau turun.

  • Jika ada keuntungan lebih, bisa diambil sebagai bonus atau >ditahan jadi modal.

Contoh:

  • Omzet bulan ini: Rp8.000.000

  • HPP + biaya operasional: Rp5.500.000

  • Sisa laba bersih: Rp2.500.000

  • Gaji pemilik: Rp1.500.000

  • Sisa Rp1.000.000 dimasukkan ke tabungan bisnis.


3. Catat Semua Transaksi

Tidak peduli sekecil apa pun nilainya, catat semua.

Gunakan buku tulis, Excel, atau aplikasi gratis seperti:

  • Google Sheets

  • Catatan Keuangan Harian

  • BukuKas / MyCashflow

Kategori pencatatan yang wajib:

    1. Pemasukan: penjualan harian, tambahan modal, uang muka pesanan.

    2. Pengeluaran: bahan baku, kemasan, ongkir, listrik/gas, gaji karyawan (jika ada).

    3. Pribadi: gaji pemilik, bonus, pengambilan pribadi.


4. Buat Persentase Pembagian Uang

Gunakan prinsip sederhana: Profit First

Misalnya:

  • 50% untuk belanja bahan baku & operasional

  • 20% untuk gaji pemilik

  • 20% untuk tabungan modal/ekspansi

  • 10% untuk dana darurat

Dengan begini, bisnis punya tabungan walaupun omzetnya pas-pasan.


5. Jangan Ambil Uang Bisnis Seenaknya

Kuncinya adalah disiplin. Kalau terpaksa pinjam uang bisnis untuk kebutuhan pribadi,

  • Catat sebagai utang pribadi ke bisnis

  • Kembalikan secepatnya

Kalau tidak, ini akan jadi kebiasaan yang sulit dihilangkan.


Studi Kasus: “Nasi Ayam Bu Rini”

Bu Rini memulai bisnis nasi ayam dari rumah dengan modal Rp1,5 juta.

Awalnya semua uang masuk satu dompet.

Tiga bulan pertama, meski orderan ramai, Bu Rini selalu merasa “tekor”.

Setelah belajar memisahkan keuangan:

  • Bu Rini buka rekening khusus bisnis.

  • Menetapkan gaji tetap Rp1 juta/bulan untuk dirinya.

  • Menyisihkan 15% laba bersih untuk tabungan modal.

Hasilnya, 6 bulan kemudian Bu Rini bisa membeli rice cooker industri seharga Rp3 juta tanpa utang.


Tips Psikologis Agar Konsisten Memisahkan Keuangan

1.Anggap Bisnis sebagai Orang Lain Uang bisnis bukan uang kamu, tapi milik “perusahaan”. Kamu hanya digaji.

2.Beri Nama Rekening Bisnis Tuliskan label “BISNIS” di buku tabungan atau aplikasi mobile banking.

3.Hindari Transaksi Tunai Berlebihan Semakin banyak cash, semakin mudah tergoda untuk “meminjam”.

4.Gunakan Aplikasi yang Memisahkan Akun Beberapa dompet digital sudah punya fitur multi-wallet untuk kategori berbeda.


Checklist Harian & Mingguan

Harian:
  • Catat semua pemasukan dan pengeluaran.

  • Simpan semua struk belanja.

  • Pastikan saldo uang kas sama dengan catatan.

Mingguan:
  • Transfer gaji pribadi ke rekening pribadi.

  • Hitung sisa modal kerja.

  • Sisihkan dana darurat ke tabungan terpisah.

  • Review pengeluaran, cari yang bisa dihemat.


Kesalahan Fatal yang Harus Dihindari

  • Menggunakan uang penjualan untuk belanja pribadi tanpa catatan.

  • Tidak menetapkan gaji untuk diri sendiri.

  • Mencampur uang modal dengan uang pesanan pelanggan (DP).

  • Tidak punya rekening khusus bisnis.


Ringkasan

Memisahkan keuangan bisnis dan pribadi adalah pondasi dari bisnis kuliner rumahan yang sehat.

Dengan langkah sederhana seperti membuka rekening khusus, menetapkan gaji, mencatat semua transaksi, dan membuat pembagian persentase, kamu bisa menghindari jebakan “laku tapi tekor”.

Bisnis yang rapi secara keuangan lebih mudah berkembang, menarik investor/reseller, dan bertahan jangka panjang.