Scroll, Scroll, Tiba-Tiba Cemas: Kenapa Sosmed Bisa Bikin Nggak Bahagia
Pernah nggak sih, kamu lagi santai buka Instagram atau TikTok, scroll-scroll sambil rebahan, eh tiba-tiba ngerasa… sedih? Cemas? Nggak jelas kenapa mood jadi turun? Padahal barusan kamu lihat video lucu atau postingan temen yang happy-happy aja.
Kalau iya, kamu nggak sendirian.
Banyak remaja—terutama cewek SMA—yang tanpa sadar merasa down gara-gara terlalu banyak waktu di media sosial. Padahal, awalnya cuma pengen “istirahat sebentar”, eh malah kepikiran macem-macem.
Artikel ini bakal ngebahas kenapa sosial media bisa bikin kamu cemas dan nggak bahagia, meskipun kelihatannya menyenangkan. Yuk kita bahas bareng, dengan gaya santai tapi tetap serius.
Bab 1: Media Sosial = Tempat Bahagia?
Dari luar, sosial media itu kelihatan seru banget. Bisa lihat kehidupan orang lain, share momen bareng temen, nonton video lucu, cari inspirasi gaya, tempat curhat, bahkan dapet motivasi hidup.
Tapi, seperti kata pepatah internet modern:
“What you see on social media is not always the truth.”
Apa yang kamu lihat di feed seringnya adalah hasil pilihan terbaik dari hidup seseorang. Udah diedit, difilter, dipikirin caption-nya, bahkan kadang diatur lighting dan mood-nya. Sementara kamu? Lagi scroll sambil pakai daster dan masker lumpur.
Perbandingannya jelas nggak adil.
Bab 2: Kenapa Bisa Tiba-Tiba Ngerasa Nggak Bahagia?
Setelah beberapa menit (atau jam) scroll, kamu mulai ngerasa nggak enak:
Kok hidup aku gini-gini aja? Dia udah punya pacar, aku belum. Dia ke luar negeri, aku di rumah terus. Dia glowing, aku jerawatan. Dia ke luar negeri, aku di rumah terus. Dia sukses, aku masih bingung ngerjain tugas.Tanpa sadar, kamu membandingkan diri sendiri dengan postingan orang lain. Dan itu bikin muncul rasa cemas, rendah diri, dan nggak puas sama hidupmu sendiri.
Bab 3: Efek Psikologis Sosmed yang Jarang Disadari
Media sosial bisa mempengaruhi mental kamu dengan cara halus. Nggak langsung bikin kamu depresi, tapi pelan-pelan bisa mengikis kepercayaan diri.
1. Overthinking Level Dewa
Scroll IG story temen, kamu mikir, "Kenapa dia nggak ajak aku?”
Lihat seseorang posting foto bareng pacar, kamu mikir, “Aku salah apa ya sampai belum punya?”
Lihat orang lain sukses, kamu mikir, “Aku bisa nggak ya kayak gitu?”
Padahal nggak ada yang salah sama kamu. Kamu cuma terlalu banyak mikir.
2. FOMO (Fear of Missing Out)
Takut ketinggalan tren, takut nggak nyambung, takut nggak diundang, takut nggak di-notice. FOMO bikin kamu merasa harus selalu online,
selalu update, selalu posting biar “dianggap ada”.
3. Insecure Tanpa Sebab
Awalnya kamu PD, eh abis scroll malah jadi minder. Kenapa? Karena kamu ngelihat standar “kesempurnaan” yang nggak realistis: kulit
mulus, badan ideal, kamar estetik, pasangan romantis, hidup tanpa masalah.
Padahal itu semua belum tentu nyata.
Bab 4: Algoritma Sosial Media = Mesin Emosi?
Kamu tahu nggak kalau sosial media sengaja “ngasih makan” emosimu? Algoritma TikTok, Instagram, dan platform lainnya didesain buat
bikin kamu terus stay di dalam aplikasinya.
Caranya?
Nunjukin konten yang bikin kamu tertarik Menyisipkan hal-hal yang memicu reaksi emosional (marah, iri, sedih) Nge-loop konten biar kamu nggak berhenti scrollAkhirnya kamu jadi kejebak: makin banyak scroll, makin banyak perasaan yang muncul, dan makin susah berhenti.
Bab 5: Tanda-Tanda Sosmed Mulai Ngerusak Kesehatan Mental
Kalau kamu mengalami hal-hal ini, bisa jadi sosial media mulai jadi racun:
1. Nggak bisa jauh dari HP walau sebentar 2. Mood kamu dipengaruhi postingan orang lain 3. Kamu jadi minder setelah buka IG/TikTok 4. Kamu sulit fokus belajar karena pingin buka notifikasi 5. Kamu merasa kosong setelah scroll berjam-jamKalau iya, kamu butuh istirahat. Bukan dari dunia nyata, tapi dari dunia maya.
Bab 6: Cara Sehat Menggunakan Sosial Media
Tenang, kamu nggak harus hapus semua akunmu. Sosial media itu nggak salah. Tapi cara kita memakainya yang perlu dikontrol.
1. Batasi Waktu Online
Coba atur screen time. Misalnya maksimal 1 jam sehari untuk sosmed. Bisa juga pakai aplikasi bantu kayak Digital Wellbeing atau Forest biar kamu lebih sadar waktu.
2. Kurasi Akun yang Kamu Ikuti
Unfollow akun yang bikin kamu ngerasa rendah diri. Ganti dengan akun yang positif, inspiratif, atau edukatif. Lebih baik follow 20 akun yang bikin kamu berkembang daripada 200 yang bikin kamu cemas.
3. Ingat Bahwa Semua Orang Punya Masalah
Yang mereka tampilkan di sosmed hanyalah bagian kecil dari hidup. Kamu nggak tahu perjuangan di balik foto-foto senyum itu. Jadi jangan bandingin semuanya dari satu sisi doang.
4. Digital Detox
Coba sehari tanpa sosmed. Awalnya mungkin “gatel”, tapi lama-lama kamu bakal ngerasa lebih tenang, lebih fokus, dan lebih damai.
5. Tulis Jurnal atau Curhat ke Orang Nyata
Daripada numpuk overthinking sendirian, coba curhat ke sahabat, guru BK, atau orang tua. Atau tulis di jurnal, biar kamu bisa ngerti dan hadapi perasaanmu dengan lebih sehat.
Bab 7: Kenali Dirimu di Luar Layar
Sosmed sering bikin kita lupa siapa kita sebenarnya. Kita jadi terlalu sibuk tampil baik di layar, sampai lupa ngurus kehidupan nyata.
Kamu lebih dari yang terlihat di story.
Kamu bukan jumlah likes atau followers.
Kamu punya kehidupan yang nyata, yang berharga, dan nggak harus disaring atau difilter dulu baru dianggap cukup.
Bab 8: Kamu Tetap Berharga, Tanpa Perbandingan
Jangan biarkan kebahagiaanmu ditentukan oleh algoritma.
Jangan biarkan rasa percaya dirimu dihancurkan oleh postingan orang lain.
Ingat:
Hidupmu valid walau nggak viral. Kamu layak bahagia, meski nggak punya feed estetik. Kamu berhak dicintai, walau belum bisa jadi “se-perfect” orang lain.Kesimpulan: Jangan Biarkan Sosmed Ngatur Perasaanmu
Media sosial itu kayak pisau. Bisa bantu, tapi juga bisa melukai. Semua tergantung gimana kamu pakainya.
Scroll-scroll bisa jadi hiburan, tapi jangan sampai bikin kamu kehilangan rasa bahagia.
Hidupmu bukan buat ditonton.
Hidupmu untuk dijalani, dirasakan, dan dinikmati.
Kamu boleh rehat. Kamu boleh log out. Kamu boleh fokus ke diri sendiri dulu. Karena kebahagiaanmu, bukan tanggung jawab sosmed—tapi tanggung jawabmu sendiri.
Gabung dalam percakapan