ikuti Saluran WhatsApp Rumahdisolo.com. Klik WhatsApp

FOMO, Drama, dan Toxic Circle: Cara Sehat Berteman di Sekolah

SMA itu masa paling rame. Banyak yang bilang ini masa paling seru, paling indah, penuh warna.

Tapi… nggak semua juga seindah yang dibilang. Apalagi urusan pertemanan. Ada kalanya kamu ngerasa punya bestie sejati, tapi besoknya malah jadi stranger.

Hari ini kamu diajak nongkrong, besok malah dikucilkan. Pernah?

Atau kamu merasa harus ikut semua kegiatan biar nggak ketinggalan momen. Ngerasa wajib stay online 24 jam supaya nggak ketinggalan gosip. Itulah yang namanya FOMO Fear of Missing Out. Ditambah lagi drama sekolah dan toxic circle yang bikin capek hati dan pikiran.

Nah, artikel ini bakal ngebahas semua itu. Gimana caranya tetap waras dan sehat mental dalam dunia pertemanan sekolah yang kadang… terlalu drama.


Bab 1: Apa Itu FOMO dan Kenapa Bisa Bikin Capek?

FOMO alias Fear of Missing Out adalah rasa takut ketinggalan momen. Rasanya kayak, kalau nggak ikut nongkrong, kamu bakal kehilangan sesuatu yang penting. Atau kalau nggak komen di story temen, kamu takut dibilang nggak peduli. Padahal kamu cuma pengen istirahat.

FOMO bisa bikin:

  1. Kamu ikutan hal-hal yang sebenarnya nggak kamu suka
  2. Kamu ngerasa harus selalu update, selalu ada
  3. Kamu memaksakan diri buat tetap relevan

Lama-lama, itu bisa bikin kamu lelah sendiri. Hidup jadi nggak jujur karena kamu sibuk “ikutin orang” daripada dengerin diri sendiri.


Bab 2: Pertemanan SMA = Panggung Drama?

Let’s be real. Pertemanan SMA memang sering dramatis. Dari luar kelihatan akrab banget, tapi di dalamnya banyak gosip, sindiran, dan saling sikut. Kadang kamu bingung, “Ini temen atau kompetitor?”

Beberapa jenis drama yang sering muncul:

  • Geng-gengan: Kalau nggak masuk satu circle, langsung dicap ‘nggak gaul’
  • Fake friendship:Depan manis, belakang nyinyir
  • Cemburu sosial:Temen deketan sama orang lain, kamu jadi ngerasa dikhianati
  • Silent treatment:Nggak suka, tapi nggak ngomong. Cuma diem dan bikin suasana aneh

Pertanyaannya, kamu harus gimana?


Bab 3: Ciri-Ciri Circle yang Nggak Sehat alias Toxic

Circle temen itu penting. Tapi nggak semua circle itu sehat. Kadang justru yang kelihatan seru, rame, dan estetik di IG, malah penuh tekanan.

Tanda-tanda circle kamu toxic:

  • Selalu ada drama, gosip, dan saling sindir
  • Kamu harus ‘jadi orang lain’ biar diterima
  • Kamu takut jujur karena takut di-judge
  • Kamu selalu merasa nggak cukup, nggak selevel
  • Setiap ngobrol rasanya habis energi

Kalau kamu ngerasa nggak bebas jadi diri sendiri, itu alarm merah. Pertemanan yang sehat harusnya bikin kamu nyaman, bukan makin tertekan.


Bab 4: Cara Sehat Berteman di Sekolah

Oke, sekarang gimana caranya tetap punya pertemanan yang asik, tapi tetap sehat buat hati dan pikiran?

1. Pilih Teman yang Bisa Nerima Kamu Apa Adanya

Berteman bukan soal status sosial, tapi soal kenyamanan. Cari temen yang nggak peduli kamu pakai sepatu merek apa, followers kamu berapa, atau kamu ranking berapa. Temen sejati itu yang nerima kamu walau lagi nggak on point.

2. Jangan Takut Sendiri

Kadang kita bertahan di circle toxic karena takut sendirian. Tapi, percaya deh: sendirian lebih baik daripada bareng orang yang ngeracunin kamu pelan-pelan. Dari pada dipaksa nyambung, mending fokus ke self-love dan temukan lingkungan baru.

3. Jangan Jadi Yes-Man/Yes-Girl

Berani bilang “nggak” itu tanda kamu punya prinsip. Jangan ikutin sesuatu cuma karena takut ditinggal. Kalau circle kamu nggak bisa nerima keputusanmu, berarti itu bukan circle yang sehat.

4. Jangan Ikut-ikutan Gosip

Emang sih, gosip itu ‘seru’. Tapi ingat, jadi bagian dari drama cuma bikin kamu makin keruh. Fokus sama hal positif. Kalau ada yang salah, lebih baik ngobrol langsung daripada nyindir di story.

5. Latih Komunikasi Sehat

Kalau ada masalah sama temen, coba sampaikan dengan cara yang baik. Jangan simpan sendiri sampai numpuk. Komunikasi yang baik itu kunci hubungan yang awet.


Bab 5: Koneksi Nyata vs Popularitas Digital

Di era sosial media, kadang kita lebih mikirin followers daripada kualitas pertemanan. Padahal, punya 2-3 temen tulus lebih berarti dari 2000 followers yang nggak benar-benar peduli.

Ingat:

  • Popularitas itu sementara
  • Koneksi yang jujur dan tulus bakal bertahan lama
  • Bukan seberapa banyak yang kenal kamu, tapi seberapa dalam hubunganmu

Jangan kejar validasi online sampai lupa pentingnya interaksi nyata. Duduk bareng, ngobrol dari hati, dan saling dengerin itu jauh lebih healing daripada likes ribuan.


Bab 6: Self-Worth Kamu Bukan Ditentukan Circle

Banyak remaja cewek merasa harga dirinya turun kalau nggak punya banyak teman. Padahal, self-worth kamu nggak ditentukan circle. Kamu berharga walau nggak masuk geng populer, kamu berharga walau nggak diajak nongkrong tiap Jumat.

Yang penting:

  • Kamu punya nilai
  • Kamu punya prinsip
  • Kamu tahu siapa dirimu

Jangan kasih orang lain kuasa buat menilai siapa kamu. Kamu sendiri yang punya kendali atas hidupmu.


Bab 7: Bangun Lingkungan Positif

Kalau kamu udah sadar circle lama kamu toxic, saatnya pelan-pelan bangun lingkungan baru. Nggak usah buru-buru. Mulai dari:

  • Satu orang yang bikin kamu nyaman
  • Komunitas sekolah yang positif (organisasi, ekstrakurikuler)
  • Kegiatan yang bikin kamu berkembang

Lingkungan yang baik akan ngebantu kamu tumbuh. Temen yang baik akan dukung kamu jadi versi terbaik dirimu, bukan versi yang mereka mau.


Bab 8: Kamu Berhak Dapat Pertemanan yang Sehat

Remaja itu masa mencari jati diri. Wajar kalau kamu bingung, ragu, atau salah pilih teman. Tapi seiring waktu, kamu akan belajar bahwa yang paling penting bukan jadi populer, tapi jadi damai.

Damai dengan diri sendiri.

Damai dengan lingkunganmu.

Damai dengan pilihanmu.

Dan kamu berhak atas itu semua.


Kesimpulan: Nggak Perlu Jadi “Masuk Semua Circle” Biar Dianggap Ada

Kamu nggak harus selalu ada di setiap tongkrongan buat jadi “anak gaul”.

Kamu nggak harus tahu semua drama buat jadi “updated”.

Kamu nggak harus masuk semua circle buat punya arti.

Yang kamu butuh cuma jadi dirimu sendiri, dan berada di lingkungan yang nerima kamu apa adanya. Di tengah FOMO, drama, dan toxic circle… kamu tetap bisa punya pertemanan yang sehat.

Karena temen sejati nggak bikin kamu merasa kurang.

Mereka bikin kamu merasa cukup, bahkan saat kamu sedang nggak sempurna.

Dan itu pertemanan yang pantas kamu perjuangkan.